Wednesday, May 7, 2014

Sama dan saling cinta

Hari ini sepertinya adalah waktu yang pas
untuk bepergian,
cerah dan sekaligus hari libur...
saya dan Mr.PM memutuskan untuk
mencoba pergi ke Semarang.
Perjalanan ke Semarang hanya memakan waktu
kurang lebih satu jam dari Salatiga,
karena saya menggunakan sepeda motor, jadi bisa
melaju lebih cepat dan menerobos kemacetan.
Saya bersama Mr.PM tetap bersemangat melanjutkan
perjalanan,
walaupun hari itu panas matahari begitu menyengat
diatas kepala.
Sepanjang perjalanan saya mengamati sisi kanan dan kiri,
banyak kendaraan besar yang menjadi rekan seperjalanan,
bus kota, sampai truk pengangkut barang yang ukuran besarnya
melebihi rumah kontrakan,
yang asap knalpotnya sangat memicu timbulnya
polusi udara.
Sesampainya di Semarang, saya membuka kaca helm
yang selama perjalanan tadi terpaksa ditutup
untuk meminimalisir asap yang masuk,
ah...saya suka aroma yang keluar dari kota ini,
perpaduan antara panas menyengat, aspal, dan
bau pusat-pusat perbelanjaan,
saya menyebutnya dengan aroma kota besar.
Tujuan pertama kami adalah paragon mall,
yang memakan waktu 30 menit dari pinggir sampai
ke tengah kota,
semestinya bisa lebih cepat namun karena...
hari itu adalah tanggal 4 mei 2014 masih digelar
perayaan besar-besaran dalam rangka ulang tahun
kota Semarang sehingga jalanan menjadi macet.
Jadi kami harus bersabar dan lebih berhati-hati untuk mengemudi,
hingga sampai di tempat tujuan.
Setelah beres dengan urusan parkir,
saya dan Mr.PM bergandengan tangan memasuki mall 5 lantai
tersebut,
ah angin panas khas kota Semarang menyambut kami berdua,
semilir namun udara yang berhembus panas seperti
hembusan asap dari nasi putih yang baru matang.
Begitu masuk,
yang saya lihat hanyalah lautan manusia yang sibuk berbelanja,
dengan teman, pasangan, keluarga,
dan memang saya akui minggu ini mall lebih ramai dibandingkan
hari-hari biasa.
Mungkin,
ini karena efek ulang tahun kota Semarang, atau karena
masih tanggal muda dan akhir pekan,
dirasa waktu yang pas untuk pergi berbelanja,
dan makan mewah :)
Tanpa berpikir panjang,
saya dan Mr.PM langsung naik ekskalator ke lantai 4,
dan mengurus keperluan untuk
tiket nonton bioskop elektrik,
yang bisa dipesan lewat handphone, sangat memudahkan,
namun harus melakukan registrasi terlebih dahulu.
Ah, tempat nonton bioskop ini memberi kenyamanan lebih,
lantainya beralaskan karpet lembut warna cokelat,
begitu masuk area ini...bau harum pewangi ruangan sangat
semerbak, dan dijuga suhu pendingin ruangan
yang membuat betah berlama-lama berada disini.
Belum selesai mengurus registrasi ulang,
dari kejauhan....ada seseorang yang sangat ku kenal...
datang dengan senyum yang mengembang....






Dan pemilik senyuman itu adalah Tobby,
saya sudah mengenalnya 6 tahun terakhir,
kami dekat layaknya kakak perempuan dan adiknya.
Dia menyambut saya dan Mr.PM dengan sangat
antusias,
seolah-olah kedatangan saya sudah lama dinanti-nantikan.
Hari itu Tobby memakai kaos berwarna hitam, dihiasi
gambar tengkorang di bagian depan,
lalu memakai celana warna hijau toska,
dengan rambut berwarna-warni dia melangkah penuh
percaya diri,
walaupun secara terang-terangan ada beberapa orang
yang melempar pandangan ke arahnya.
Saya sudah tak heran dengan gaya berpakaian dan gaya rambutnya,
karena memang..
Tobby suka bereksperimen dengan kedua hal diatas,
ditambah lagi dengan tinggi dan berat badan ideal,
dia semakin sedap dipandang bagi para wanita maupun pria.
Sebagai anak terakhir dari 5 bersaudara,
bisa dibilang Tobby sangat mandiri,
dia bekerja di salah satu koperasi di Semarang.
Tugas kesehariannya adalah
berkeliling dari pintu ke pintu untuk menawarkan produk
seperti tabungan, pinjaman
dengan sepeda motor milik kantor.
Panas dan hujan, dia terobos demi meraih sesuatu yang lebih,
karena dengan gaya hidip yang konsumerisme,
Tobby mau tak mau harus bekerja keras,
demi memuaskan dirinya sendiri,
dan juga membantu keluarganya.
Sejak kuliah,
prestasi Tobby memang diakui bagus,
dia lulus tepat waktu dengan nilai yang bagus.
Tak butuh waktu lama untuk mencari kerja,
maka...sejak diterima kerja di Semarang,
dia memilih untuk meninggalkan kota kecil seperti Salatiga,
dan mencoba peruntungan di kota yang lebih besar.
Dengan etos kerja yang dimilikinya,
Tobby bisa bertahan hidup,
walaupun sempat berpindah-pindah tempat kerja.
Keadaan mall paragon yang penuh sesak,
seakan mengharuskan kami mencari tempat untuk dudik dan berbincang.
Sembari menunggu jam makan siang,
kami bertiga menikmati minuman dingin di sebuah kedai kecil,
di lantai dasar mall paragon,
kami duduk dan menikmati pemandangan sekitar,
toko-toko yang dipadati orang-orang memilih barang,
entah pada akhirnya dibeli atau tidak,
yang jelas hari itu mall sangat penuh kecuali toko buku.
Akhirnya, Tobby mengusulkan untuk pergi ke mall lainnya,
siapa tahu tak sepadat ini,
dan bisa berjalan-jalan.
Sekali lagi kami harus menghadapi panasnya sinar matahari
siang itu,
dari mall paragon menuju mall citraland hanya membutuhkan
waktu 20 menit,
karena kami naik motor jadi bisa melewati gang-gang tikus yang dipenuhi
oleh rumah penduduk.
Akhirnya,
sampailah kami di tempat yang dituju...







Mall ciputra jauh lebih besar dibandingkan dengan
mall paragon,
namun disini tak memiliki pendingin ruangan yang cukup memadai,
udara di dalam mall terasa panas.
Secara tak sengaja kami juga bertemu Robby dan keluarganya,
sedang berdiri di suatu sudut pusat perbelanjaan ini.
Bisa dibilang,
Robby adalah teman terdekat Tobby selama
2 tahun terakhir ini.
Berbeda dengan Tobby,
Robby memiliki postur tubuh yang lebih pendek, lebih gemuk,
dan warna kulitnya lebih gelap.
Caranya berbicara sangat lemah gemulai,
rambutnya berwarna merah keunguan,
matanya memakai kotak lensa berwarna biru muda.
Robby bekerja di sebuah toko besi,
yang mana pekerjaannya adalah
berkeliling dari pintu ke pintu untuk mendapatkan
proyek.
Robby asli dari Semarang, namun dia memilih tinggal
bersama Tobby di sebuah rumah kost,
di perumahan Semarang Indah.
Dulu,
saat pertama kali Tobby mengenalkan Robby pada saya,
keduanya tidak malu-malu,
mereka tak segan menunjukkan keakraban di depan saya.
Seperti Tobby,
demikian Robby juga memberi perhatian kepada saya
layaknya kepada saudara perempuannya.
Dimana ada Tobby disitu juga ada Robby,
hampir di setiap kesempatan mereka habiskan berdua,
bahkan kedua keluarga masing-masing juga
sudah bertemu dan berkenalan.
Saya melihat Robby begitu perhatian pada Tobby,
apa yang menjadi keperluan dan keinginan
Tobby selaku diutamakan.
Tak heran,
kebersamaan mereka sering dipandang aneh oleh beberapa orang.
Dua pria tampan, berpakaian rapi,
kemana-mana selalu bersama,
yang satu pendiam,
yang satu lagi lebih cerewet, ceria, dan melambai.
Saat berhadapan dengan mereka berdua,
saya tahu mereka punya ikatan yang
tanpa bertanya pun saya tahu jawabannya.
Mungkin alasan kuat mengapa mereka nyaman
bersahabat dengan saya,
adalah...saya tak pernah bertanya,
namun memberikan kebebasan pada mereka yang menceritakannya.
Dari situ,
Tobby lebih banyak bercerita sekaligus minta nasehat,
tentang keluarga, pekerjaan dan Robby.
Tentu saja nama yang saya pakai adalah nama samaran,
tapi tidak dengan kisahnya...
kisahnya nyata, dan mungkin ada dari anda yang mengalaminya juga.
Saya menganggap ini bukan hal yang menakutkan
dan perlu dihindari,
selama tak memberi pengaruh buruk bagi diri kita sendiri.
Kisah seperti Tobby dan Robby,
adalah satu dari berjuta kisah yang ada di dunia,
kisah tentang cinta, untuk siapapun yang menjalaninya,
cinta tak pandang bulu,
justru manusialah yang membedakannya.
Walaupun sebenarnya dari dulu banyak
yang bertanya,
siapa Tobby bagi Robby atau sebaliknya.
Mereka juga sama seperti kita,
manusia dengan 2 tangan, 2 kaki, 2 mata.
Saya berpikir,
cinta itu seperti keyakinan dalam hati,
dan itu hanya pribadi bersangkutan yang memahami.
Saya dan anda akan sangat sulit untuk bisa mengerti,
atau bahkan tak bisa sama sekali,
karena tempatnya di dalam hati.
Setiap pribadi memiliki
keyakinan,
yang menjadi dasar perbuatan juga perkatannya.
Sama atau beda,
namanya tetap cinta,
suka atau tidak mereka tetap memilih untuk bersama.
Saya yakin tak ada yang suka bila
harus meyakini sesuatu dengan terpaksa,
semoga kita memilih keyakinan tersebut dengan sadar,
apapun pilihannya...
pilih dengan bahagia, agar dunia tetap penuh dengan cinta.


No comments:

Post a Comment