Thursday, November 28, 2013
persiapan itu penting kawan
Dulu, aku sangat bermasalah dengan yang namanya persiapan.
Terutama saat duduk di bangku sekolah dasar.
Seingatku, saat duduk dikelas 2,
aku diwajibkan untuk membawa kacang hijau yg ditanam didalam
gelas aqua bekas, dan diberi kapas serta air.
Malam harinya ibu sudah menyiapkan hal itu,
bahkan beliau mengingatkan berkali-kali agar aku tak lupa membawanya.
Yang terjadi adalah, tanaman itu masih duduk manis,
ketika aku dengan cueknya berangkat setelah
bapak becak langganan menjemputku.
Sesampainya disekolah, dan melihat tanaman milik teman-temanku,
aku tenang...karena perasaanku berkata bahwa, tanaman milikku
sudah ada didalam tas.
Salah satu teman bertanya,
"mana tanamanmu?"
Dengan tenang aku tarik restleting tas sekolah,
uhm....sepertinya tanaman itu tak ada.
Ku keluarkan semua isi tas sekolah,
dan ternyata memang tanaman itu tak ada.
Karena saat itu aku belum belajar bahasa Inggris,
dan masih terlalu lugu untuk mengumpat shit, crap, dan sejenisnya.
Dengan panik dan blingsatan,
aku merogoh saku seragam, lalu bergegas lari kedepan.
Telfon umum saat itu menjadi penyelamatku,
hanya dengan 100 rupiah, aku telfon ke rumah.
Suara ibu sangat meneduhkan hatiku kala itu,
walaupun beliau memarahiku karena bersikap ceroboh.
Tak lebih dari 15 menit,
salah satu pembantu dirumah sudah tiba disekolah.
Membawa tanaman kecil yang dibungkus tas kresek warna hitam,
betapa lega perasaanku.
Tak lama kemudian,
bel sekolah berbunyi.
Senyum ku mengembang,
sama seperti teman yang lain, dimeja ku juga sudah
siap tanaman yang sebentar lagi akan dicek oleh ibu guru.
Fiuh......
Peristiwa yang lain,
saat aku duduk dikelas 3 SMP yang sekarang lebih dikenal dengan SLTP.
Itu adalah minggu ujian sekolah.
Jadi ada dua ujian yang harus aku jalani,
ujian nasional dan ujian sekolah.
Sebelum masa-masa ujian tiba,
biasanya wali kelas akan memberi nomer ujian ke masing-masing anak
yang memenuhi syarat untuk mengikuti ujian.
Nomer ujian itu, terbuat dari kertas karton tipis,
warnanya pink, biru muda atau hijau.
Nomer yang sudah dibagikan,
harus disimpan dan dibawa selama ujian nasional
maupun ujian sekolah.
Kejadian itu saat ujian nasional berakhir,
dan mulailah ujian sekolah.
The first day ujian sekolah,
justru nomer ujianku tertinggal dirumah.
Penyebabnya ada dua,
yang pertama aku menggampangkan ujian sekolah,
karena menurutku ujian nasional lebih crusial,
dan sudah berlalu, so...santai saja.
Yang kedua tentu saja karena aku tak melakukan persiapan
dengan baik.
Coba aku terlebih dahulu meneliti,
apa saja yang harus kubawa, takkan ada kejadian ini.
Dengan panik, aku pergi ke kantor tata usaha,
meminjam telfon.
Lagi-lagi ibuku heran dan marah,
mengapa hal sepenting nomer ujian sampai bisa tertinggal.
Jelas disini,
aku malas untuk mempersiapkan malam harinya.
Akibatnya, aku panik setengah mati
sambil berharap noner ujianku segera diantar kesini,
mengingat hanya tinggal beberapa menit lagi
sudah waktunya masuk.
Wajahku semakin pucat ketika bel masuk sudah berbunyi,
dan belum ada tanda-tanda orang rumah datang
mengantar nomer ujian, ah...kartu sialan itu.
Bel masuk sudah dibunyikan,
aku tetap berdiri didekat gerbang depan sekolah
dengan wajah penuh harap.
Yeeesssssss, akhirnya kakak sepupu ku datang
turun dari mobil panther warna hijau
dan bergegas mengantar noner ujian itu.
Aku tersenyum lega,
tapi tak ingat untuk mengucap syukur.
Yang ku cemaskan bukanlah soal ujian sekolah,
tapi bagaimana marahnya ibu ku sepulang sekolah nanti.
Lagi-lagi dan lagi ceroboh,
hal penting sih, tapi karena aku tak ada persiapan.
Saat kejadian itu masih hot-hot nya,
aku tersadarkan,
oh iya...ternyata persiapan itu penting and bla bla bla.
Tapi lain waktu,
kembali lagi pada kebiasaan lama.
Malas untuk persiapan
atau ada niat sih tapi ditunda, uhm ditunda sedikit lagi...
hasilnya adalah lupa.
Kalau kejadian yang berikut ini,
bisa dibilang masih baru.
Sesekali saat aku bertemu dengan teman-teman lama,
kami tertawa terbahak-bahak membahasnya.
Sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu,
saat greenny mumbee belum menjadi partner ku.
Melvin a.k.a Ipin, sering meminjamkan motornya untukku,
sebuah honda supra x berwana hitam putih.
Kamar kostku adalah,
posko yang paling strategis kala itu.
Ibenk, Ipin sering numpang untuk
mengerjakan tugaa, nonton film, bahkan tidur siang.
Disuatu hari yang sangat panas di Salatiga,
Ibenk mengajakku untuk beli es kelapa muda.
Tak begitu jauh lah,
kalau naik motor hanya memakan waktu 10 menit.
Dengan restu sang pemilik motor,
Ibenk dan aku segera berangkat untuk membeli es kelapa muda.
Perjalanan lancar,
sudah hampir sampai di daerah kridanggo.
Ternyata eh ternyata didekat lokasi penjual es kelapa muda itu,
sedang ada razia kendaraan bermotor.
Oh tenang, karena posisi ku masih dipertigaan,
setelah ini bisa putar balik, tarik gas dan kabuuurrrr.
Shit happen!
Salah satu aparat keamanan berteriak keras agar aku tak kabur.
Akhirnya aku dan Ibenk hanya bisa pasrah,
saat pak polisi menilang.
Tiga pelanggaran,
Ibenk tak memakai helm, dan tak ada SIM juga STNK.
Kami dikumpulkan bersama para pelanggar lainnya,
memalukan, menggelikan.
Setelah Ipin mendapat kabar lewat sms,.tak lama kemudian
dia datang diantar teman kami yang lain.
Motor ditahan hingga keesokan harinya,
dengan 80 ribu rupiah dan nota surat tilang,
motor Ipin bisa kembali dibawa pulang.
Alamak....pengalaman itu sungguh tak terlupakan.
Bahkan saat proses diperiksa hingga ditilang,
kami tudak semlat untuk panik.
Hanya tertawa dan tertawa,
mungkin orang lain yang bernasib sama memandang
kami dengan aneh.
Terkena razia malah tertawa,
ya kami menertawakan diri kami sendiri.
Sebenarnya masih ada beberapa cerita lagi,
tentang kecerobohanku
juga betapa malasnya aku untuk mempersiapkan sesuatu.
Dengan pengalaman yang sudah ada,
kini aku tak terlalu menganggap remeh persiapan.
Malah bisa ku bilang,
persiapan sangat menentukan next step kita masing-maaing.
Terutama bagi orang yang pelupa,
persiapan itu wajib hukumnya.
Aku takkan mengerti betapa pentingnya persiapan,
sampai next step ku kacau tanpa bersiap terlebih dahulu.
Bukan hanya dalam hal besar,
persiapan itu menyangkut semuanya
termasuk hal yang paling detail sekalipun.
Salah satu contoh persiapan simple dalam berkendara adalah,
cek tekanan angin.
Banyak yang terjebak dalam hal itu.
Tak disangka tekanan angin ban itu,
memegang peranan yang cukup penting.
Apapun profesi kita,
dan aktivitas yang kita jalani.
Persiapan itu penting.
Seperti mencegah lebih baik daripada mengobati,
bersiap-siap lebih baik daripada panik nanti.
;)
Wednesday, November 27, 2013
7 cara mengemudi ( kebanyakan ) orang di Salatiga
Tak terasa motorku a.k.a greeny mumbee,
sudah 2 tahun lebih 1 bulan menemani.
Saat panas terik, dia melaju dengan lincah,
demikian juga pada musim hujan.
Dia selalu siap untuk ku ajak berpetualang.
Salatiga dan sekitarnya,
pernah ku tempuh bersamanya.
Greeny tak seperti kebanyakan motor lain,
bahan bakarnya pertamax, dan olinya motul.
Mungkin agak over price untuk ukuran motor bebek,
tapi percayalah....
Bagaimana cara merawat motor,
sangat berpengaruh pada nyaman atau tidaknya motor itu digunakan.
Harga premium yang semakin naik,
tak terlalu berdampak pada pertamax.
Dari dulu memang sudah mahal. :)
Selama 2 tahun bersama Grenny,
baik didalam maupun luar kota...
memberiku pengalaman yang luar biasa.
Dan ini dia,
secuil dari hasil pengamatanku.
7 kebiasaan mengemudi (kebanyakan) orang di Salatiga:
1. Sangat banyak ku jumpai pengendara motor di Salatiga yang berhenti sembarangan.
Sembarangan disini, mereka dari kecepatan tinggi tiba-tiba berhenti mendadak.
Tanpa melihat disekitarnya, tak heran berhenti mendadak ini juga menjadi faktor pemicu kecelakaan.
Yang ku lihat mereka berhenti mendadak karena ingin sesegera mungkin mengangkat telfon, membalas sms atau bbm.
2. Kebanyakan dari mereka salah menggunakan lampu sign.
Lampu sign ke kiri mereka belok kanan, demikian juga sebaliknya. Oh my gosh apa mereka tak tahu fungsi lampu sign dengan benar?
Tentu saja kekeliruan menyalakan lampu sign, sering menyebabkan kesalahpahaman dan biasanya berujung pada kecelakaan.
Kelihatannya masalah sepele, tapi akan berasa besar kalau udah terkena dampak negatifnya.
Juga setelah menyalakan lampu sign, disarankan tidak lupa mematikannya.
Dalam hal ini aku juga masih belajar,
karena seringkali masih lupa mematikan lampu sign.
3. Melanggar lampu lalu lintas memang beresiko sangat tinggi.
Tapi anehnya semakin hari semakin banyak orang yang (mungkin) merasa tertantang untuk melakukannya.
Aku sering menjadi saksi mata, diperempatan dan pertigaan dimana ada traffic light,
hampir dipastikan ada yang melanggar.
Entah apa alasan kuat mereka,
mungkin sudah sangat terburu-buru.
di Salatiga, lampu kuning itu tak terlalu dihiraukan.
Dari lampu hijau menuju merah,
para pengendara motor itu akan semakin cepat melaju.
Keberanian yang tidak pada tempatnya.
4. Sms, telfon, update status sambil mengendarai motor.
Ya inilah kenyataannya.
Aku sering menjumpai, orang mengendarai motor, sambil
handphone nya diselipkan didalam helm.
Mengemudi sambil telfon sangat tidak dianjurkan,
bahkan sudah ada peraturan khusus, yang mana orang tersebut
bisa dikenai sanksi.
Namun peraturan tinggalah peraturan,
mereka lebih memilih untuk menerapkan aturan pribadi bukan
aturan pada umumnya.
Mengetik sms sambil mengendarai motor,
tangan kanan tetap pada gas, tangan kiri memegang dan memencet handphone.
Tak heran banyak kasus pencopetan, karena orang-orang itu sendiri
yang seolah memancing.
Atau mungkin bisa saja bagi para pengguna blackberry atau smartphone,
mengendarai sambil update status di media sosial.
Misalnya, " duh...jalanan lagi rame nih"
atau..." mas yang naek motor didepan kayaknya lumayan cakep deh."
6. Mengemudi motor berjejer 2 atau 3.
Kebanyakan yang melakukan ini adalah siswa sekolah,
atau mahasiswa tingkat awal.
Mereka berkendara berjajar memenuhi satu jalur jalan,
tanpa mau tahu bahwa itu sangat menganggu.
Mereka tak hanya berjajar,
tapi sambil ngobrol dan bercanda.
Itu sangat membuatku muak,
sering aku sengaja mengklakson dengan harapan mereka
menyadari kekeliruan yang sudah mereka buat.
Sebaliknya, kalau aku melakukan itu,
aku sering dapat tatapan mata yang kurang enak dan umpatan.
Kalau memang mau ngobrol,
kenapa tidak menepi disuatu tempat.
Jalan raya bukan tempat yang tepat untuk ngobrol apalagi bercanda.
7. Kebanyakan dari pengendara motor,
tidak memperhatikan atau bahkan tidak tahu marka jalan.
Sering dari mereka dengan terang-terangan melanggar marka jalan.
Kalau marka lurus, berarti tidak boleh mendahului.
Kalau marka nya putus-putus berarti boleh untuk mendahului dengan hati-hati.
Heran deh, mengapa banyak sekali yang belum paham tentang marka jakan.
Karena menurutku itu salah satu pengetahuan dasar,
yang pengendara motor harus tahu dan mematuhinya bila ingin
selamat dijalan.
Mengemudi itu juga seni,
tiap orang punya cara yang berbeda.
Namun dalam berkendara ada aturan dasar yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah.
Hal itu dibuat untuk keamanan bersama,
tak mungkin pemerintah membuatnya dengan tanpa tujuan.
Dalam pelaksanaannya memang butuh usaha ekstra.
Kesimpulanku selama berkelana dengan greenny,
mereka menambah kecepatan karena tergesa-gesa.
Mengapa tidak terpikir untuk berangkat lebih awal,
daripada ngebut dijalanan.
Bukankah hak itu membahayakan nyawa sendiri.
Bukannya mau sombong,
sejauh ini aku bersama greenny cukup tertib berkendara.
Kami tak lernah melanggar lampu lalu lintas,
maupun melanggar marka.
Surat-surat kendaraan pun selalu lengkap, selalu dibawa
dan tentu saja masih berlaku.
Tingkat kepadatan lalu lintas di Salatiga,
memang belum sepadat kota besar lainnya.
Tapi tingkat kecelakaannya sangat tinggi,
dan seringkali disebabkan karena masalah sepele.
Belum lagi,
beberapa ibu-ibu, atau mbak-mbak yang memakai rok panjang
sepanjang mata kaki.
Mereka acuh tak acuh, tak merapikan rok mereka.
Padahal rok yang tidak dirapikan,
akan melambai-lambai dan beresiko terjerat ke roda belakang.
Hei, demi keselamatan diri sendiri saja mereka seolah tak peduli.
Berlalu lintas dibutuhkan kesabaran tinggi.
karena dengan latar belakang berbeda-beda kita bertemu disatu jalur.
Waspada adalah salah satu langkah agar kita selamat,
dan dimulai dari diri sendiri.
Dari hari ke hari semakin bertambah banyak
para pengendara yang tak mematuhi peraturan lalu lintas.
Mereka egois,
berkendara seenaknya sendiri, tanpa mengindahkan orang lain.
Aku dan greenny akan tetap sama,
kami akan tetap berusaha menjadi contoh yang baik.
Karena perubahan takkan ada tanpa
dimulai perubahan dari diri kita sendiri.
Have a safety drive ya ;)
sudah 2 tahun lebih 1 bulan menemani.
Saat panas terik, dia melaju dengan lincah,
demikian juga pada musim hujan.
Dia selalu siap untuk ku ajak berpetualang.
Salatiga dan sekitarnya,
pernah ku tempuh bersamanya.
Greeny tak seperti kebanyakan motor lain,
bahan bakarnya pertamax, dan olinya motul.
Mungkin agak over price untuk ukuran motor bebek,
tapi percayalah....
Bagaimana cara merawat motor,
sangat berpengaruh pada nyaman atau tidaknya motor itu digunakan.
Harga premium yang semakin naik,
tak terlalu berdampak pada pertamax.
Dari dulu memang sudah mahal. :)
Selama 2 tahun bersama Grenny,
baik didalam maupun luar kota...
memberiku pengalaman yang luar biasa.
Dan ini dia,
secuil dari hasil pengamatanku.
7 kebiasaan mengemudi (kebanyakan) orang di Salatiga:
1. Sangat banyak ku jumpai pengendara motor di Salatiga yang berhenti sembarangan.
Sembarangan disini, mereka dari kecepatan tinggi tiba-tiba berhenti mendadak.
Tanpa melihat disekitarnya, tak heran berhenti mendadak ini juga menjadi faktor pemicu kecelakaan.
Yang ku lihat mereka berhenti mendadak karena ingin sesegera mungkin mengangkat telfon, membalas sms atau bbm.
2. Kebanyakan dari mereka salah menggunakan lampu sign.
Lampu sign ke kiri mereka belok kanan, demikian juga sebaliknya. Oh my gosh apa mereka tak tahu fungsi lampu sign dengan benar?
Tentu saja kekeliruan menyalakan lampu sign, sering menyebabkan kesalahpahaman dan biasanya berujung pada kecelakaan.
Kelihatannya masalah sepele, tapi akan berasa besar kalau udah terkena dampak negatifnya.
Juga setelah menyalakan lampu sign, disarankan tidak lupa mematikannya.
Dalam hal ini aku juga masih belajar,
karena seringkali masih lupa mematikan lampu sign.
3. Melanggar lampu lalu lintas memang beresiko sangat tinggi.
Tapi anehnya semakin hari semakin banyak orang yang (mungkin) merasa tertantang untuk melakukannya.
Aku sering menjadi saksi mata, diperempatan dan pertigaan dimana ada traffic light,
hampir dipastikan ada yang melanggar.
Entah apa alasan kuat mereka,
mungkin sudah sangat terburu-buru.
di Salatiga, lampu kuning itu tak terlalu dihiraukan.
Dari lampu hijau menuju merah,
para pengendara motor itu akan semakin cepat melaju.
Keberanian yang tidak pada tempatnya.
4. Sms, telfon, update status sambil mengendarai motor.
Ya inilah kenyataannya.
Aku sering menjumpai, orang mengendarai motor, sambil
handphone nya diselipkan didalam helm.
Mengemudi sambil telfon sangat tidak dianjurkan,
bahkan sudah ada peraturan khusus, yang mana orang tersebut
bisa dikenai sanksi.
Namun peraturan tinggalah peraturan,
mereka lebih memilih untuk menerapkan aturan pribadi bukan
aturan pada umumnya.
Mengetik sms sambil mengendarai motor,
tangan kanan tetap pada gas, tangan kiri memegang dan memencet handphone.
Tak heran banyak kasus pencopetan, karena orang-orang itu sendiri
yang seolah memancing.
Atau mungkin bisa saja bagi para pengguna blackberry atau smartphone,
mengendarai sambil update status di media sosial.
Misalnya, " duh...jalanan lagi rame nih"
atau..." mas yang naek motor didepan kayaknya lumayan cakep deh."
6. Mengemudi motor berjejer 2 atau 3.
Kebanyakan yang melakukan ini adalah siswa sekolah,
atau mahasiswa tingkat awal.
Mereka berkendara berjajar memenuhi satu jalur jalan,
tanpa mau tahu bahwa itu sangat menganggu.
Mereka tak hanya berjajar,
tapi sambil ngobrol dan bercanda.
Itu sangat membuatku muak,
sering aku sengaja mengklakson dengan harapan mereka
menyadari kekeliruan yang sudah mereka buat.
Sebaliknya, kalau aku melakukan itu,
aku sering dapat tatapan mata yang kurang enak dan umpatan.
Kalau memang mau ngobrol,
kenapa tidak menepi disuatu tempat.
Jalan raya bukan tempat yang tepat untuk ngobrol apalagi bercanda.
7. Kebanyakan dari pengendara motor,
tidak memperhatikan atau bahkan tidak tahu marka jalan.
Sering dari mereka dengan terang-terangan melanggar marka jalan.
Kalau marka lurus, berarti tidak boleh mendahului.
Kalau marka nya putus-putus berarti boleh untuk mendahului dengan hati-hati.
Heran deh, mengapa banyak sekali yang belum paham tentang marka jakan.
Karena menurutku itu salah satu pengetahuan dasar,
yang pengendara motor harus tahu dan mematuhinya bila ingin
selamat dijalan.
Mengemudi itu juga seni,
tiap orang punya cara yang berbeda.
Namun dalam berkendara ada aturan dasar yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah.
Hal itu dibuat untuk keamanan bersama,
tak mungkin pemerintah membuatnya dengan tanpa tujuan.
Dalam pelaksanaannya memang butuh usaha ekstra.
Kesimpulanku selama berkelana dengan greenny,
mereka menambah kecepatan karena tergesa-gesa.
Mengapa tidak terpikir untuk berangkat lebih awal,
daripada ngebut dijalanan.
Bukankah hak itu membahayakan nyawa sendiri.
Bukannya mau sombong,
sejauh ini aku bersama greenny cukup tertib berkendara.
Kami tak lernah melanggar lampu lalu lintas,
maupun melanggar marka.
Surat-surat kendaraan pun selalu lengkap, selalu dibawa
dan tentu saja masih berlaku.
Tingkat kepadatan lalu lintas di Salatiga,
memang belum sepadat kota besar lainnya.
Tapi tingkat kecelakaannya sangat tinggi,
dan seringkali disebabkan karena masalah sepele.
Belum lagi,
beberapa ibu-ibu, atau mbak-mbak yang memakai rok panjang
sepanjang mata kaki.
Mereka acuh tak acuh, tak merapikan rok mereka.
Padahal rok yang tidak dirapikan,
akan melambai-lambai dan beresiko terjerat ke roda belakang.
Hei, demi keselamatan diri sendiri saja mereka seolah tak peduli.
Berlalu lintas dibutuhkan kesabaran tinggi.
karena dengan latar belakang berbeda-beda kita bertemu disatu jalur.
Waspada adalah salah satu langkah agar kita selamat,
dan dimulai dari diri sendiri.
Dari hari ke hari semakin bertambah banyak
para pengendara yang tak mematuhi peraturan lalu lintas.
Mereka egois,
berkendara seenaknya sendiri, tanpa mengindahkan orang lain.
Aku dan greenny akan tetap sama,
kami akan tetap berusaha menjadi contoh yang baik.
Karena perubahan takkan ada tanpa
dimulai perubahan dari diri kita sendiri.
Have a safety drive ya ;)
Friday, November 22, 2013
i ♥ bolu kukus
Foto kue bolu kukus diatas tentu diambil dari smart phone saya.
tapi bukan saya yang membuatnya,
mengenai kemampuan memasak, saya masih belajar membuat beberapa
chinese food yang simple, western food juga bisa sedikit.
Jenis masakan lebih mudah dibuat daripada jenis kue.
Contohnya saja bolu kukus atau roti kukus,
bahan untuk membuatnya tidak sulit didapatkan,
tapi harus tahu persis takaran dan lama waktu untuk membuat.
Meleset sedikit saja, rasanya iuuuhhhh banget.
Itulah resiko membuat kue.
Coba kita bandingkan dengan memasak makanan,
kalau gagal masih bisa diperbaiki, ditambah ini itu,
agar tetap bisa dimakan.
Suatu sore dirumah, perut keroncongan, bahan makanan terbatas,
dan sedang malas untuk keluar.
Jadilah saya masak nasi goreng dengan bahan seadanya,
memanfaatkan apa yang masih ada dilemari es.
Menyiapkan bahannya 15 menit,
proses mengolahnya kurang lebih 30 menit.
Tara!!!! jadilah nasi goreng untuk beberapa porsi,
ketika nasi goreng yang masih berada dikuali itu
saya aduk untuk terakhir kalinya.
Sesendok terlebih dahulu saya cicipi hanya untuk memastikan,
masakan sudah siap dihidangkan.
Wew! ternyata keasinan, dengan cekatan saya ambil
botol kecap manis yang tak jauh dari jangkauan tangan.
Tuang kecapnya, terselamatkanlah wahai engkau nasi goreng, hahahahaha.
Sedangkan membuat kue tak semudah itu.
Resikonya jauh lebih besar, dan sebaiknya memakai alat-alat
sesuai standart.
Contohnya menakar bahan-bahan kue menggunakan timbangan,
bukan asas perkiraan.
Juga memiliki oven kue modern yang dilengkapi timer.
Nenek pernah suatu kali membuat chocolate cake,
proses lancar hingga tiba untuk mematangkannya.
Waktu itu nenek masih menggunakan oven tradisional,
with no timer.
Oven itu berukuran besar, bentuknya mirip roti tawar,
berwarna perak, diatasnya ada tempat khusus untuk
meletakkan arang yang sudah dipanasi dengan api.
Mau tidak mau, kita harus cek kematangan secara manual,
tiap 45 menit membuka oven dan menerka-nerka
dari kulit luar kue.
Chocolate cake nampak sudah matang,
15 menit proses pendinginan lalu dipindah
dari loyang ke piring saji.
Tampak luar sangat menggoda, dan aromanya coklat banget.
Rasanya udah tak sabar,
menikmati chocolate cake yang masih hangat.
Dari gigitan pertama....ooohhhhhh so sad,
ternyata masih mentah :(
Ok, tinggal panaskan kembali oven dan dipanggang ulang.
Setelah dirasa matang sepenuhnya,
saya tak patah semangat untuk mencicipinya.
Kali ini bukan masih mentah tapi sebaliknya,
chocolate cake nya terlalu matang, uhm rasanya mirip kue bantat.
#crap.
Memang membuat kue dibutuhkan usaha dan alat ekstra.
When i was child,
saya cukup sering diajak ke pasar atum.
Salah satu pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di Surabaya.
Masih teringat, ada satu toko kue dipasar atum,
letaknya dibawah ekskalator pasar atum lama,
tokonya kecil dan dikenal dengan es puter durennya yang numero uno.
Orang tua saya suka menikmati es puter duren disitu,
rasanya khas, apalagi cuaca di Surabaya sangat pas
untuk menikmati minuman dingin.
Saya suka berkunjung toko kecil itu,
beraneka jajanan dijual disana, salah satunya adalah bolu kukus.
Dulu ada bentuk sepasang cewek cowok,
lalu bermacam-macam binatang seperti kelinci, kucing, anjing.
Selain bentuknya lucu, rasa bolu kukusnya juga enak.
Manisnya pas, empuknya juga, dan aromanya harum.
Semenjak itu,
kalau ke pasar atum saya selalu minta kue bolu kukus.
Begitu kurang lebih mengenai...
sejarah awal mula saya menjadi penggemar bolu kukus.
Sayang sekali sekarang saya tinggal di Jawa Tengah.
Sesekali saat mudik,
saya sempatkan ke pasar atum untuk membeli bolu kukus.
Di Jawa Tengah sendiri sangat banyak toko roti,
dengan varian harga dan rasa.
Ada yang masih home made, harganya lebih mahal
tapi soal rasa anda musti coba ;).
Saya sendiri tak terlalu suka makan roti,
tapi sesekali boleh lah.
Perburuan bolu kukus tetap berlanjut,
dari beberapa kali mencoba...
mulai dari yang harga murah, menengah hingga mahal.
Saya memutuskan bolu kukus milik Swiss bakery yang paling jos!
Harga per buah 3200 rupiah,
rasanya enak, empuknya pas, wanginya khas.
Roti kukus selalu punya tempat dihati.
Makanya saya pilih-pilih kalau membelinya.
Ada satu toko roti homemade di Salatiga,
menurut saya, toko itu rotinya paling enak untuk ukuran kota kecil ini.
Bolu kukus disana bentuknya cukup menggoda,
tapi tidak dengan rasanya.
Di lidah saya....
bolu kukus tanpa wangi yang khas itu kurang enak.
Selain dari tekstur yang empuknya pas, warna yang menarik.
Wangi khas harus ada :)
Kalau anda juga penggemar bolu kukus seperti saya,
cobalah bolu kukus Swiss house,
i love it ♥♥♥
Saturday, November 16, 2013
Saat menyenangkan bersama mereka
Ada banyak alasan untuk selalu merindukan rumah,
salah satunya adalah kebersamaan dengan para keponakan.
I have three nephews,
the oldest one is Melissa Agustine 10 years old,
Aurelya Natasha 6 years old,
and the last one ( for now) is Janssen karuniawan almost 3 years old.
Bagaimana bisa kesepian dirumah?
kalau setiap hari secara bergantian mereka datang.
Dengan kepolosan dan kenakalan khas mereka,
cukup membuatku lelah sekaligus sangat terhibur.
Melissa, tak terasa sudah berusia 10 tahun.
lately, dia suka berenang, jadi kulit putihnya agak berubah menjadi kecokelatan. Diwajahnya ada beberapa biji jerawat,
mungkin efek mendekati masa-masa puber.
Selain sekolah,
hari-harinya selalu penuh dengan jadwal les...
les ballet, berenang, sempoa, bahasa inggris,
masih ditambah ekstrakulikuler sekolah dan
dia juga aktif ikut serta dalam beberapa lomba.
Seperti lomba fashion show, lomba menggambar dan mewarnai,
lomba matematika dan masih banyak lagi.
Meli begitu dia sering dipanggil,
tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Aku ingat saat usianya 7 tahun,
kita nonton film harry potter, karena dia anak yang kritis...
selama nonton film, dia sering bertanya.
"kok bisa gitu kenapa"
"itu siapa yang tiba-tiba menghilang?"
dan masih banyak lagi.
Meli terlihat antusias bertanya,
dan sekalu ingin tahu lebih.
No wonder, kalau Meli diusia sangat muda,
sudah mendapat banyak piala dan penghargaan.
I am so proud of her.
Di tengah-tengah kesibukannya, terkadang...
dia menanyakan pada ibuku, kapan aku mudik?
hehehehehe!
Mungkin dia sudah rindu kebersamaan kita,
nonton film, masak bersama dll
And by the way,
Meli itu anak yang pemberani.
Pernah suatu malam kami nonton conjuring ( horor movie )
dan dia tak menutup mata sekalipun.
you rock gurl!
Meli punya 2 adik, setelah dia lahirlah Aurel,
gadis mungil yang cantik, matanya bulat dan besar,
berbanding terbalik dengan kakaknya.
Aurel belum mempunyai prestasi akademis sebagus Meli,
tapi dia cerdas dan cepat mengerti bila dijelaskan sesuatu.
lincah, suka berlari kesana-kemari,
suka ke dapur untuk membantu ibu dan pembantu masak.
Camilan kesukaannya adalah permen,
she loves candy so bad.
Mulai dari permen jelly empuk, permen mint,
permen rasa green tea... permen rasa kopi juga dia lahap.
Sekali makan permen bisa sampai 10 butir.
Saat pulang les adalah saat yang membahagiakan untuknya,
pulang ke rumahku, makan nasi lalu
for sure mengambil toples besar warna hijau muda yang
sengaja disediakan oleh ibuku,
menonton acara bolang si bocah petualang,
atau si unyil di salah satu stasiun TV swasta...
sambil sibuk memilih permen rasa apa yang akan dia makan.
Aurel cepat merasa bosan, saat nonton film bersama,
baru 10 menit sudah minta ganti ke film lain,
dan dia juga lebih cerewet daripada kakaknya,
suka berbicara, suka bercerita, tapi kurang suka bertanya ;)
Dengan jarak usia 4 tahun,
Meli dan Aurel sering berselisih paham,
tentang apa saja... sekecil apapun masalahnya bisa jadi BOOM!
Salah satu contohnya,
Melissa dibelikan handphone baru oleh papanya,
edisi hello kitty yang sangat disukainya,
karena dia sudah sibuk dengan handphone touch screen berwarna pink itu,
gadget yang lama diwariskan untuk Aurel.
Suatu hari mereka berdua bertengkar dahsyat,
Meli menangis dan berteriak!
Aurel tak mau kalah, dan tetap menyerang kakaknya.
Ternyata masalah dibalik itu,
Aurel sengaja update status di balckberry massenger,
" Melissa suka banget cherrybelle lho "
spontan teman-teman dikontak BBM miliknya pun heboh!
Meli tahu masalah ini dari temannya.
pulang dari les, Meli langsung mengambil handphone lamanya,
untuk menyelidiki apa benar status yang dibuat Aurel,
tak lama kemudian pertengkaran diantara mereka dimulai,
tak ada yang mau mengalah.
Bagi Aurel, hellooooo...ini cuma status iseng,
kalau emang nggak suka, nggak perlu marah segininya,
namun bagi Meli, itu mencoreng nama baiknya.
Meli no longer likes cherrybelle,
baginya menyukai girlband unyu asli Indonesia itu embarrassing banget! Pertengkaran mengerikan itu baru bisa reda,
setelah sang mama datang, dan memarahi habus-habisan mereka berdua.
oh my God, mereka berdua memang hampir setiap hari bertengkar,
Aurel sangat senang mengusili kakaknya,
Meli itu sangat sensitif,
dan yang menggelikan adalah...
Seingatku seumur 10 tahun,
aku sudah puas bermain boneka barbie,
naik sepeda roda dua keliling halaman rumah,
main bola bekel disekolah bersama teman-teman.
hidupku diusia 10 tahun itu masih no gadget, kecuali TV.
Selalu ada cerita mengenai mereka,
seperti layaknya terapi anti stress,
melihat perilaku lucu mereka,
menemani mereka nonton film, menyuapi makan,
menyanyi bersama, foto-foto,
cerita ini hanya salah satu cerita dari sekian banyak cerita tentang mereka,
konyol memang,
tapi so funny.
mereka selalu jadi salah satu alasanku untuk kembali pulang,
i love u all guys.... ♥♥♥
rumah burung dara di sinar pattimura
saturday, November 16, 2013
Salatiga hati beriman....
Kota yang berada ditengah-tengah Surakarta dan Semarang ini,
memang bukan kota asalku,
jadi tinggal dikost adalah pilihan utama.
Seingatku selama kurang lebih 10 tahun tinggal disini,
totalnya 5 kali berpindah tempat kost.
Hidup ngekost bukanlah hal baru,
karena sejak SMU aku sudah indekost juga di Malang.
Ngekot mempunyai seni tersendiri,
dengan teman-teman juga pemilik kost.
Kapan-kapan aku akan bahas secara kebih detail
tentang hal ini;)
Btw, kost yang terakhir aku tinggali,
terletak di jalan tentara pelajar no:11.
Sebuah rumah milik pensiunan dosen ekonomi.
Kurang lebih 22 anak kost yg ada didalamnya,
membawa kunci kamar, kunci gerbang 1 dan 2.
Maklum, untuk masuk ke rumah kost itu,
ada 2 gerbang yang harus dilewati.
Gerbang pertama yaitu pagar yang dicat warna hijau tosca,
Gerbang kedua pembatas antara halaman dan tempat parkir anak kost.
Tapi bukan gerbang pintu cinta, haha!
Karena bapak kost lebih memilih untuk
sering berada dirumah anaknya diKudus,
maka hanya ada ibu kost dan satu pembantu yang sudah 12 tahun mengabdi dirumah itu.
Namanya mbak Sri, berusia 45 tahun.
Ibu kost sendiri namanya Iztiqomah,
tapi sering dipanggil bu Luhur ( berasal dari nama suami).
Ibu kost berusia kurang lebih berusia 65 tahun,
rambutnya dibiarkan putih alami tanpa sentuhan pewarna sedikitpun.
Dia tak mau memboroskan uangnya untuk membeli semir rambut tiap bulan.
Kegiatannya dari hari ke hari yaitu turut membantu mengurus kost,
dia sering membantu mencucikan baju-baju anak kost,
menyeterika,
bahkan air minum yang kami minum sehari-hari itu,
hasil jerih payah ibu kost.
Merebusnya tiap malam,
aku membayangkan, bila aku jadi dia.... di hari tua,
takkan mau melakukan hal yang bisa membahayakan diri sendiri.
Cukup pesan air mineral yg dijual dipasaran, jauh lebih mudah dan yang jelas.
Jelas, dia berpikir bahwa merebus sendiri jauh lebih hemat.
Diusia yang sudah 65 tahun dia tak perlu susah payah mengangkat berember-ember air panas tiap malam.
Tapi itu akan tetap menjadi pilihannya,
karena dia tak mau membayar lebih untuk membeli air mineral,
atau untuk sms mas penjual aqua.
Bedanya sangat tipis bukan, antara hemat dan pelit ;)
Selama 6 bulan aku tinggal dirumah kost itu, mungkin hanya 2 atau 3 kali bertemu bapak kost.
Sebenarnya bapak kost lebih asyik orangnya,
tak suka mencampuri urusan pribadi anak-anak kost,
tak pernah menggeledah kamar per kamar, tidak seperti yang dilakukan oleh ibu.
setiap kali aku pulang kost agak larut ( menurutnya )
ibu kost selalu memberondong aku
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti...
"kok jam segini baru pulang mbak?"
"darimana aja mbak?"
"kok seharian nggak kelihatan, baru pulang malam ini?"
ok, mungkin itu sebagai rasa perhatiannya dia untuk kami anak-anak kost.
Tapi kalau hampir tiap hari selalu dicerca pertanyaan yang sama,
aku berpikir...
perhatian dan mau tahu urusan orang lain,
itu juga sangat tipis bedanya.
huft!
Belum lagi kalau kami pergi beraktivitas,
dia sering menggeledah kamar kami satu per satu,
dengan dalih, meneliti apa ada listrik yang belum dimatikan.
Yang lebih parah, dia sering membaca slip gaji anak kost,
dan membicarakannya dengan mbak Sri.
Ibu kost juga sering menggeledah lemari pakaian kami,
dan itu juga menjadi topik rumpiannya,
siapa yang rapi, siapa yang berantakan.
Siapa yang punya banyak camilan,
and kamar mana yang nampaknya anak orang kaya.
Want to know banget sih...
Shit!
tindakan-tindakan ibu kost memang bukan tindakan kriminal,
tapi sangat menyebalkan.
Mungkin karena aku sering mengeluh lewat telfon pada ibu ku dirumah,
beliau menyarankan untuk kontrak rumah.
Awalnya aku sangat galau,
what? kontrak rumah? pasti mahal, lalu harus cari kemana?
aku tinggal dengan siapa?
Ibu terus mendukungku dan menasehati agar tak terlalu khawatir,
dan lebih baik segera mencari jalan keluar untuk
pindah dari rumah kost bu Luhur.
Daripada aku sudah merasa tidak nyaman,
namun tetap menaksakan untuk tinggal.
Bukan kebetulan juga,
salah satu teman diradio yang sebelumnya kontrak, sekarang dia sudah memiliki rumah sendiri.
Dia akan menikah dan sudah tinggal dirumah baru.
Kontrakan yang lama kosong,
dia menawarkan agar aku melanjutkan masa kontrak tersebut.
Sebenarnya, aku sudah sering berkunjung kesitu,
karena keponakannya adalah murid les ku,
paling tidak seminggu dua kali aku berkunjung kesana.
Jadi aku sudah tak asing dengan lingkungan sekitarnya.
Letaknya kurang lebih 1 kilometer dari ramayana mall.
Diperumahan ini hanya ada 20 rumah kecil,
suasananya tenang, dan masih sejuk karena terletak didekat sawah.
Mewah a.k.a mepet sawah.
Perbincangan dengan tante pemilik rumah kontrak ini hanya 2 kali saja,
perjumpaan pertama untuk berkenalan,
menyerahkan fotocopy kartu identitas,
perjumpaan kedua untuk pembayaran.
Done!
Resmi sudah aku menempati rumah kontrak,
rumah kecil dengan 2 kamar, satu kamar mandi,
berisi bak mandiyang cukup besar dan toilet jongkok.
Satu ruang serbaguna, yang semestinya menjadi ruang tamu,
Tapi aku gunakan untuk apa saja,
untuk ruang tamu, ruang belajar, ruang makan.
Aku tinggal sendiri dirumah ini,
satu kamar khusus untu barang-barang seperti baju, buku, tas, alat-alat makan, satu kamar lagi untuk kamar tidurku.
Per kamarnya berukuran 2 × 3meter.
Kecil memang,
tapi sudah sangat cukup untuk ditinggali sendirian.
Pernah sekali orang tuaku berkunjung ke rumah kontrak,
mereka menginap di hotel,
lalu ingin melihat kondisi diperumahan tempat aku mengontrak.
Ibu ku berkomentar rumah ini seperti rumahnya burung dara.
how come?????
rumah ini memang unik, tidak memiliki halaman, dan untuk masuk ke pintu utama, harus menaiki 3 biji anak tangga yang tebal-tebal.
Rumah ini seperti rumah panggung,
berada diatas, dan berukuran kecil
Maka dari itu ibuku menamainya rumah burung dara.
Hhhmmm....
harga kontrak per tahun untuk rumah ini cukup murah.
5 juta pertahun,
sedangkan tiap bulan harus membayar iuran sampah dan keamanan seharga 25 ribu rupiah.
Untuk biaya listrik dan air, hanya 50ribu rupiah.
Wajar banget, karena tak ada lemari es, televisi, dispancer, hairdryer.
Air hanya aku gunakan untuk mandi,
gosok gigi, mencuci baju dan motor.
Sangat hemat dibandingkan dengan membayar kost yang perbulannya mencapai 500 ribu rupiah.
Ada satu hal yang tak bisa dibetikan oleh tempat kost, yaitu privasi.
Selama 9 tahun aku berganti-ganti tempat kost,
tak pernah kumiliki privasi yang seperti diberikan oleh kontrakan.
Meskipun hanya rumah kecil, tak ada sofa, tak ada shower dan toilet duduk.
tapi aku menikmati kesendirianku,
Dengan suasananya yang tenang bisa membaca, menulis, belajar, dan bersyukur tentang banyak hal.
Maka disinilah aku tinggal,
diperumahan sinar pattimura,
dengan satu fasilitas mewah, yang disebut privasi :)
Salatiga hati beriman....
Kota yang berada ditengah-tengah Surakarta dan Semarang ini,
memang bukan kota asalku,
jadi tinggal dikost adalah pilihan utama.
Seingatku selama kurang lebih 10 tahun tinggal disini,
totalnya 5 kali berpindah tempat kost.
Hidup ngekost bukanlah hal baru,
karena sejak SMU aku sudah indekost juga di Malang.
Ngekot mempunyai seni tersendiri,
dengan teman-teman juga pemilik kost.
Kapan-kapan aku akan bahas secara kebih detail
tentang hal ini;)
Btw, kost yang terakhir aku tinggali,
terletak di jalan tentara pelajar no:11.
Sebuah rumah milik pensiunan dosen ekonomi.
Kurang lebih 22 anak kost yg ada didalamnya,
membawa kunci kamar, kunci gerbang 1 dan 2.
Maklum, untuk masuk ke rumah kost itu,
ada 2 gerbang yang harus dilewati.
Gerbang pertama yaitu pagar yang dicat warna hijau tosca,
Gerbang kedua pembatas antara halaman dan tempat parkir anak kost.
Tapi bukan gerbang pintu cinta, haha!
Karena bapak kost lebih memilih untuk
sering berada dirumah anaknya diKudus,
maka hanya ada ibu kost dan satu pembantu yang sudah 12 tahun mengabdi dirumah itu.
Namanya mbak Sri, berusia 45 tahun.
Ibu kost sendiri namanya Iztiqomah,
tapi sering dipanggil bu Luhur ( berasal dari nama suami).
Ibu kost berusia kurang lebih berusia 65 tahun,
rambutnya dibiarkan putih alami tanpa sentuhan pewarna sedikitpun.
Dia tak mau memboroskan uangnya untuk membeli semir rambut tiap bulan.
Kegiatannya dari hari ke hari yaitu turut membantu mengurus kost,
dia sering membantu mencucikan baju-baju anak kost,
menyeterika,
bahkan air minum yang kami minum sehari-hari itu,
hasil jerih payah ibu kost.
Merebusnya tiap malam,
aku membayangkan, bila aku jadi dia.... di hari tua,
takkan mau melakukan hal yang bisa membahayakan diri sendiri.
Cukup pesan air mineral yg dijual dipasaran, jauh lebih mudah dan yang jelas.
Jelas, dia berpikir bahwa merebus sendiri jauh lebih hemat.
Diusia yang sudah 65 tahun dia tak perlu susah payah mengangkat berember-ember air panas tiap malam.
Tapi itu akan tetap menjadi pilihannya,
karena dia tak mau membayar lebih untuk membeli air mineral,
atau untuk sms mas penjual aqua.
Bedanya sangat tipis bukan, antara hemat dan pelit ;)
Selama 6 bulan aku tinggal dirumah kost itu, mungkin hanya 2 atau 3 kali bertemu bapak kost.
Sebenarnya bapak kost lebih asyik orangnya,
tak suka mencampuri urusan pribadi anak-anak kost,
tak pernah menggeledah kamar per kamar, tidak seperti yang dilakukan oleh ibu.
setiap kali aku pulang kost agak larut ( menurutnya )
ibu kost selalu memberondong aku
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti...
"kok jam segini baru pulang mbak?"
"darimana aja mbak?"
"kok seharian nggak kelihatan, baru pulang malam ini?"
ok, mungkin itu sebagai rasa perhatiannya dia untuk kami anak-anak kost.
Tapi kalau hampir tiap hari selalu dicerca pertanyaan yang sama,
aku berpikir...
perhatian dan mau tahu urusan orang lain,
itu juga sangat tipis bedanya.
huft!
Belum lagi kalau kami pergi beraktivitas,
dia sering menggeledah kamar kami satu per satu,
dengan dalih, meneliti apa ada listrik yang belum dimatikan.
Yang lebih parah, dia sering membaca slip gaji anak kost,
dan membicarakannya dengan mbak Sri.
Ibu kost juga sering menggeledah lemari pakaian kami,
dan itu juga menjadi topik rumpiannya,
siapa yang rapi, siapa yang berantakan.
Siapa yang punya banyak camilan,
and kamar mana yang nampaknya anak orang kaya.
Want to know banget sih...
Shit!
tindakan-tindakan ibu kost memang bukan tindakan kriminal,
tapi sangat menyebalkan.
Mungkin karena aku sering mengeluh lewat telfon pada ibu ku dirumah,
beliau menyarankan untuk kontrak rumah.
Awalnya aku sangat galau,
what? kontrak rumah? pasti mahal, lalu harus cari kemana?
aku tinggal dengan siapa?
Ibu terus mendukungku dan menasehati agar tak terlalu khawatir,
dan lebih baik segera mencari jalan keluar untuk
pindah dari rumah kost bu Luhur.
Daripada aku sudah merasa tidak nyaman,
namun tetap menaksakan untuk tinggal.
Bukan kebetulan juga,
salah satu teman diradio yang sebelumnya kontrak, sekarang dia sudah memiliki rumah sendiri.
Dia akan menikah dan sudah tinggal dirumah baru.
Kontrakan yang lama kosong,
dia menawarkan agar aku melanjutkan masa kontrak tersebut.
Sebenarnya, aku sudah sering berkunjung kesitu,
karena keponakannya adalah murid les ku,
paling tidak seminggu dua kali aku berkunjung kesana.
Jadi aku sudah tak asing dengan lingkungan sekitarnya.
Letaknya kurang lebih 1 kilometer dari ramayana mall.
Diperumahan ini hanya ada 20 rumah kecil,
suasananya tenang, dan masih sejuk karena terletak didekat sawah.
Mewah a.k.a mepet sawah.
Perbincangan dengan tante pemilik rumah kontrak ini hanya 2 kali saja,
perjumpaan pertama untuk berkenalan,
menyerahkan fotocopy kartu identitas,
perjumpaan kedua untuk pembayaran.
Done!
Resmi sudah aku menempati rumah kontrak,
rumah kecil dengan 2 kamar, satu kamar mandi,
berisi bak mandiyang cukup besar dan toilet jongkok.
Satu ruang serbaguna, yang semestinya menjadi ruang tamu,
Tapi aku gunakan untuk apa saja,
untuk ruang tamu, ruang belajar, ruang makan.
Aku tinggal sendiri dirumah ini,
satu kamar khusus untu barang-barang seperti baju, buku, tas, alat-alat makan, satu kamar lagi untuk kamar tidurku.
Per kamarnya berukuran 2 × 3meter.
Kecil memang,
tapi sudah sangat cukup untuk ditinggali sendirian.
Pernah sekali orang tuaku berkunjung ke rumah kontrak,
mereka menginap di hotel,
lalu ingin melihat kondisi diperumahan tempat aku mengontrak.
Ibu ku berkomentar rumah ini seperti rumahnya burung dara.
how come?????
rumah ini memang unik, tidak memiliki halaman, dan untuk masuk ke pintu utama, harus menaiki 3 biji anak tangga yang tebal-tebal.
Rumah ini seperti rumah panggung,
berada diatas, dan berukuran kecil
Maka dari itu ibuku menamainya rumah burung dara.
Hhhmmm....
harga kontrak per tahun untuk rumah ini cukup murah.
5 juta pertahun,
sedangkan tiap bulan harus membayar iuran sampah dan keamanan seharga 25 ribu rupiah.
Untuk biaya listrik dan air, hanya 50ribu rupiah.
Wajar banget, karena tak ada lemari es, televisi, dispancer, hairdryer.
Air hanya aku gunakan untuk mandi,
gosok gigi, mencuci baju dan motor.
Sangat hemat dibandingkan dengan membayar kost yang perbulannya mencapai 500 ribu rupiah.
Ada satu hal yang tak bisa dibetikan oleh tempat kost, yaitu privasi.
Selama 9 tahun aku berganti-ganti tempat kost,
tak pernah kumiliki privasi yang seperti diberikan oleh kontrakan.
Meskipun hanya rumah kecil, tak ada sofa, tak ada shower dan toilet duduk.
tapi aku menikmati kesendirianku,
Dengan suasananya yang tenang bisa membaca, menulis, belajar, dan bersyukur tentang banyak hal.
Maka disinilah aku tinggal,
diperumahan sinar pattimura,
dengan satu fasilitas mewah, yang disebut privasi :)
Tuesday, November 12, 2013
trip to Semarang
monday, October 11, 2013
Bagi sebagian orang hari senin adalah hari yang sangat berat untuk dijalani,
padahal hari senin sama juga seperti hari lainnya.
Sometimes aku tak habis pikir kenapa,
hari senin kerap kali menjadi kambing hitam.
Aku selalu siap ketika senin datang,
seperti senin ini, aku siap jam 8.30 WIB dikost Amanda..
karena kita berencana pergi ke Semarang.
Siaran pagi ku berakhir jam 8 WIB,
aku bergegas pulang kemudian bersiap-siap.
Tak ada waktu untuk merapikan dadananku,
apalagi setelah membaca sms balasan dari Bhre,
bahwa dia sudah stand by dikost Amanda.
gotta go!
Greeny mumbee meluncur cepat ke jalan diponegoro 66,
disana kulihat Bhre sedang berdiri sambil ber-bbm ria
Dia terlihat segar, bahagia, dan suka merokok,
segera kuhampiri Bhre sambil masih agak terengah-engah.
Sekitar 20 menit kami menunggu,
Amanda turun dan kami segera bersiap untuk memulai perjalanan kami.
diselingi oleh kejutan kecil untuk Bhre,
maklum bulan oktober lalu dia berulang tahun,
namun kami belum memberinya selamat, sorry buddy ;)
Tujuan pertama ke muncul, kami makan pecel keong dan belut,
warung yang terletak persis didepan lokasi taman wisata muncul,
isinya sayur-sayuran rebus, disiram dengan bumbu kacang khas Indonesia, dilengkapi dengan keong dibumbu pedas, minumnya teh tawar hangat.
yummy!
Sebenarnya bumbu pecel disitu tak terlalu enak,
tapi ditutupi oleh rasa keongnya yang sangat lezat,
tekstur keongnya kenyal, warna kehitaman, dan rasanya pedas. makan pecel 3 porsi, plus belut hanya 39 ribu rupiah.
Murah meriah euy...
Next destination, tahu bakso woning di Ungaran.
Seperti di Salatiga, ada banyak penjual enting-enting gepuk,
begitu juga di Ungaran, banyak penjual tahu bakso.
Tapi Bhre memilih tahu bakso woning, berada dikiri jalan kalau dari Salatiga, bangunannya cukup luas, ada lahan parkir didalamnya, dan didominasi cat warna kuning.
Kalau diamati lagi, bangunannya mirip tempat car wash.
Bhre membeli sekotak tahu bakso kukus. aku jg turut mencicipi,
rasanya lumayan enak, tahunya lembut,
daging baksonya matang keserutuhan berwarna abu-abu.
per kotaknya 25 ribu rupiah.
Sayang sekali Amanda hanya mencoba segigit saja, dia kurang suka dengan rasa tahunya.
Perjalanan kami berlanjut ke Semarang.
Bhre merekomendasikan mie tite atau mie babi panggang di gang lombok.
Setelah 2 kali mengulangi jalan yg sama,
bertanyapada orang-orang sekitar, melacak lewat GPS
akhirnya kami sampai di area klenteng sam po kong, fiuh!
Depot mie tite itu termasuk dihalaman luar klenteng,
depotnya kecil, hanya ada 4 meja.
Bhre dan Amanda segera memesan 2 porsi mie babi panggang,
aku hanya memesan es jeruk.
mereka berdua meyakinkan ku untuk mencoba makan daging babi,
tapi aku tetap bertahan dengan pendirianku, LOL!
Kata Bhre, setelah makan mi tite ini kita akan punya sayap dan terbang karena saking enaknya.
#ogahbanget!
Begitu pesanan mereka datang,
aku melihat irisan daging babi yang bertaburan menutupi mie,
wajah mereka berdua sumringah dan segera melahap mie babi panggang.
Aku sudah cukup puas dengan minum es jeruk,
dan melihat wajah bahagia teman2ku itu.
Pemilik depot mie tite itu adalah sepasang suami istri berusia 50 tahunan,
sang suami kulitnya tak terlalu putih, rambutnya mulai menipis, matanya sipit, logat bicaranya sangat khas Semarang.
Istrinya mempunyai kulit putih, rambutnya cepak, nada bicanya lebih rendah, suaranya jg lebih lembut, satu hal yang ku amati dari mereka berdua, kuku tangan mereka sama2 hitam, entah itu karena kotor atau karena terkena kecap.
i dunno....
Aku terus mengamati kuku hitam mereka,
sementara Bhre sedang asyik ngobrol dengan si suami tentang arah menuju toko Oen.
Tujuan kami selanjutnya adalah toko Oen,
terletak didepan supermarket Sri Ratu poncol,
bangunannya masih dipertahankan gaya vintage,
dengan suasana didalamnya yang nyaman,
dilengkapi dengan AC walaupun tak terlalu berasa karena panas Semarang yang sangat menyengat.
Kami memesan ice cream beraneka rasa,
dan untuk camilannya,
kami memesan pofertjes, bulatan kecil, teksturnya lembut rasanya agak tawar lalu dinikmati bersama gula bubuk,
Lebih enak disantap saat masih hangat.
Aku memesan seporsi ice cream rum raisin,
teksturnya tak terlalu lembut ditambah dengan taburan kismis, dan rum nya sangat terasa, manisnya jg pas.
enak;)
Toko Oen adalah destinasi terakhir kami,
setelah itu... kami ambil jalan menuju Salatiga,
sempat berhenti sebentar di SPBU untuk isi bahan bakar mobil Amanda.
Sekitar jam 3 sore kami masuk tol, bisa dibilang lalu lintasnya padat,
terutama disekitar Ungaran sampai Bawen,
disana banyak pabrik textil dan sore itu bersamaan dengan jam pulang kerja.
Kami bersenang-senang hari ini, makan, ngobrol, bercanda, sampai dikost Amanda, kami baru ingat daritadi belum sempat foto bersama.
Akhirnya halaman kost pun jadi tempat kami berfoto ria,
dengan wajah berminyak, ( kumus-kumus ) itulah perjalanan ke Semarang untuk hari ini, biarpun tak lama tapi menyenangkan.
Benar adanya ungkapan yang satu ini,
bukan pergi kemana yang penting,
tapi pergi dengan siapa :)
Bagi sebagian orang hari senin adalah hari yang sangat berat untuk dijalani,
padahal hari senin sama juga seperti hari lainnya.
Sometimes aku tak habis pikir kenapa,
hari senin kerap kali menjadi kambing hitam.
Aku selalu siap ketika senin datang,
seperti senin ini, aku siap jam 8.30 WIB dikost Amanda..
karena kita berencana pergi ke Semarang.
Siaran pagi ku berakhir jam 8 WIB,
aku bergegas pulang kemudian bersiap-siap.
Tak ada waktu untuk merapikan dadananku,
apalagi setelah membaca sms balasan dari Bhre,
bahwa dia sudah stand by dikost Amanda.
gotta go!
Greeny mumbee meluncur cepat ke jalan diponegoro 66,
disana kulihat Bhre sedang berdiri sambil ber-bbm ria
Dia terlihat segar, bahagia, dan suka merokok,
segera kuhampiri Bhre sambil masih agak terengah-engah.
Sekitar 20 menit kami menunggu,
Amanda turun dan kami segera bersiap untuk memulai perjalanan kami.
diselingi oleh kejutan kecil untuk Bhre,
maklum bulan oktober lalu dia berulang tahun,
namun kami belum memberinya selamat, sorry buddy ;)
Tujuan pertama ke muncul, kami makan pecel keong dan belut,
warung yang terletak persis didepan lokasi taman wisata muncul,
isinya sayur-sayuran rebus, disiram dengan bumbu kacang khas Indonesia, dilengkapi dengan keong dibumbu pedas, minumnya teh tawar hangat.
yummy!
Sebenarnya bumbu pecel disitu tak terlalu enak,
tapi ditutupi oleh rasa keongnya yang sangat lezat,
tekstur keongnya kenyal, warna kehitaman, dan rasanya pedas. makan pecel 3 porsi, plus belut hanya 39 ribu rupiah.
Murah meriah euy...
Next destination, tahu bakso woning di Ungaran.
Seperti di Salatiga, ada banyak penjual enting-enting gepuk,
begitu juga di Ungaran, banyak penjual tahu bakso.
Tapi Bhre memilih tahu bakso woning, berada dikiri jalan kalau dari Salatiga, bangunannya cukup luas, ada lahan parkir didalamnya, dan didominasi cat warna kuning.
Kalau diamati lagi, bangunannya mirip tempat car wash.
Bhre membeli sekotak tahu bakso kukus. aku jg turut mencicipi,
rasanya lumayan enak, tahunya lembut,
daging baksonya matang keserutuhan berwarna abu-abu.
per kotaknya 25 ribu rupiah.
Sayang sekali Amanda hanya mencoba segigit saja, dia kurang suka dengan rasa tahunya.
Perjalanan kami berlanjut ke Semarang.
Bhre merekomendasikan mie tite atau mie babi panggang di gang lombok.
Setelah 2 kali mengulangi jalan yg sama,
bertanyapada orang-orang sekitar, melacak lewat GPS
akhirnya kami sampai di area klenteng sam po kong, fiuh!
Depot mie tite itu termasuk dihalaman luar klenteng,
depotnya kecil, hanya ada 4 meja.
Bhre dan Amanda segera memesan 2 porsi mie babi panggang,
aku hanya memesan es jeruk.
mereka berdua meyakinkan ku untuk mencoba makan daging babi,
tapi aku tetap bertahan dengan pendirianku, LOL!
Kata Bhre, setelah makan mi tite ini kita akan punya sayap dan terbang karena saking enaknya.
#ogahbanget!
Begitu pesanan mereka datang,
aku melihat irisan daging babi yang bertaburan menutupi mie,
wajah mereka berdua sumringah dan segera melahap mie babi panggang.
Aku sudah cukup puas dengan minum es jeruk,
dan melihat wajah bahagia teman2ku itu.
Pemilik depot mie tite itu adalah sepasang suami istri berusia 50 tahunan,
sang suami kulitnya tak terlalu putih, rambutnya mulai menipis, matanya sipit, logat bicaranya sangat khas Semarang.
Istrinya mempunyai kulit putih, rambutnya cepak, nada bicanya lebih rendah, suaranya jg lebih lembut, satu hal yang ku amati dari mereka berdua, kuku tangan mereka sama2 hitam, entah itu karena kotor atau karena terkena kecap.
i dunno....
Aku terus mengamati kuku hitam mereka,
sementara Bhre sedang asyik ngobrol dengan si suami tentang arah menuju toko Oen.
Tujuan kami selanjutnya adalah toko Oen,
terletak didepan supermarket Sri Ratu poncol,
bangunannya masih dipertahankan gaya vintage,
dengan suasana didalamnya yang nyaman,
dilengkapi dengan AC walaupun tak terlalu berasa karena panas Semarang yang sangat menyengat.
Kami memesan ice cream beraneka rasa,
dan untuk camilannya,
kami memesan pofertjes, bulatan kecil, teksturnya lembut rasanya agak tawar lalu dinikmati bersama gula bubuk,
Lebih enak disantap saat masih hangat.
Aku memesan seporsi ice cream rum raisin,
teksturnya tak terlalu lembut ditambah dengan taburan kismis, dan rum nya sangat terasa, manisnya jg pas.
enak;)
Toko Oen adalah destinasi terakhir kami,
setelah itu... kami ambil jalan menuju Salatiga,
sempat berhenti sebentar di SPBU untuk isi bahan bakar mobil Amanda.
Sekitar jam 3 sore kami masuk tol, bisa dibilang lalu lintasnya padat,
terutama disekitar Ungaran sampai Bawen,
disana banyak pabrik textil dan sore itu bersamaan dengan jam pulang kerja.
Kami bersenang-senang hari ini, makan, ngobrol, bercanda, sampai dikost Amanda, kami baru ingat daritadi belum sempat foto bersama.
Akhirnya halaman kost pun jadi tempat kami berfoto ria,
dengan wajah berminyak, ( kumus-kumus ) itulah perjalanan ke Semarang untuk hari ini, biarpun tak lama tapi menyenangkan.
Benar adanya ungkapan yang satu ini,
bukan pergi kemana yang penting,
tapi pergi dengan siapa :)
Subscribe to:
Posts (Atom)