Tak terasa motorku a.k.a greeny mumbee,
sudah 2 tahun lebih 1 bulan menemani.
Saat panas terik, dia melaju dengan lincah,
demikian juga pada musim hujan.
Dia selalu siap untuk ku ajak berpetualang.
Salatiga dan sekitarnya,
pernah ku tempuh bersamanya.
Greeny tak seperti kebanyakan motor lain,
bahan bakarnya pertamax, dan olinya motul.
Mungkin agak over price untuk ukuran motor bebek,
tapi percayalah....
Bagaimana cara merawat motor,
sangat berpengaruh pada nyaman atau tidaknya motor itu digunakan.
Harga premium yang semakin naik,
tak terlalu berdampak pada pertamax.
Dari dulu memang sudah mahal. :)
Selama 2 tahun bersama Grenny,
baik didalam maupun luar kota...
memberiku pengalaman yang luar biasa.
Dan ini dia,
secuil dari hasil pengamatanku.
7 kebiasaan mengemudi (kebanyakan) orang di Salatiga:
1. Sangat banyak ku jumpai pengendara motor di Salatiga yang berhenti sembarangan.
Sembarangan disini, mereka dari kecepatan tinggi tiba-tiba berhenti mendadak.
Tanpa melihat disekitarnya, tak heran berhenti mendadak ini juga menjadi faktor pemicu kecelakaan.
Yang ku lihat mereka berhenti mendadak karena ingin sesegera mungkin mengangkat telfon, membalas sms atau bbm.
2. Kebanyakan dari mereka salah menggunakan lampu sign.
Lampu sign ke kiri mereka belok kanan, demikian juga sebaliknya. Oh my gosh apa mereka tak tahu fungsi lampu sign dengan benar?
Tentu saja kekeliruan menyalakan lampu sign, sering menyebabkan kesalahpahaman dan biasanya berujung pada kecelakaan.
Kelihatannya masalah sepele, tapi akan berasa besar kalau udah terkena dampak negatifnya.
Juga setelah menyalakan lampu sign, disarankan tidak lupa mematikannya.
Dalam hal ini aku juga masih belajar,
karena seringkali masih lupa mematikan lampu sign.
3. Melanggar lampu lalu lintas memang beresiko sangat tinggi.
Tapi anehnya semakin hari semakin banyak orang yang (mungkin) merasa tertantang untuk melakukannya.
Aku sering menjadi saksi mata, diperempatan dan pertigaan dimana ada traffic light,
hampir dipastikan ada yang melanggar.
Entah apa alasan kuat mereka,
mungkin sudah sangat terburu-buru.
di Salatiga, lampu kuning itu tak terlalu dihiraukan.
Dari lampu hijau menuju merah,
para pengendara motor itu akan semakin cepat melaju.
Keberanian yang tidak pada tempatnya.
4. Sms, telfon, update status sambil mengendarai motor.
Ya inilah kenyataannya.
Aku sering menjumpai, orang mengendarai motor, sambil
handphone nya diselipkan didalam helm.
Mengemudi sambil telfon sangat tidak dianjurkan,
bahkan sudah ada peraturan khusus, yang mana orang tersebut
bisa dikenai sanksi.
Namun peraturan tinggalah peraturan,
mereka lebih memilih untuk menerapkan aturan pribadi bukan
aturan pada umumnya.
Mengetik sms sambil mengendarai motor,
tangan kanan tetap pada gas, tangan kiri memegang dan memencet handphone.
Tak heran banyak kasus pencopetan, karena orang-orang itu sendiri
yang seolah memancing.
Atau mungkin bisa saja bagi para pengguna blackberry atau smartphone,
mengendarai sambil update status di media sosial.
Misalnya, " duh...jalanan lagi rame nih"
atau..." mas yang naek motor didepan kayaknya lumayan cakep deh."
6. Mengemudi motor berjejer 2 atau 3.
Kebanyakan yang melakukan ini adalah siswa sekolah,
atau mahasiswa tingkat awal.
Mereka berkendara berjajar memenuhi satu jalur jalan,
tanpa mau tahu bahwa itu sangat menganggu.
Mereka tak hanya berjajar,
tapi sambil ngobrol dan bercanda.
Itu sangat membuatku muak,
sering aku sengaja mengklakson dengan harapan mereka
menyadari kekeliruan yang sudah mereka buat.
Sebaliknya, kalau aku melakukan itu,
aku sering dapat tatapan mata yang kurang enak dan umpatan.
Kalau memang mau ngobrol,
kenapa tidak menepi disuatu tempat.
Jalan raya bukan tempat yang tepat untuk ngobrol apalagi bercanda.
7. Kebanyakan dari pengendara motor,
tidak memperhatikan atau bahkan tidak tahu marka jalan.
Sering dari mereka dengan terang-terangan melanggar marka jalan.
Kalau marka lurus, berarti tidak boleh mendahului.
Kalau marka nya putus-putus berarti boleh untuk mendahului dengan hati-hati.
Heran deh, mengapa banyak sekali yang belum paham tentang marka jakan.
Karena menurutku itu salah satu pengetahuan dasar,
yang pengendara motor harus tahu dan mematuhinya bila ingin
selamat dijalan.
Mengemudi itu juga seni,
tiap orang punya cara yang berbeda.
Namun dalam berkendara ada aturan dasar yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah.
Hal itu dibuat untuk keamanan bersama,
tak mungkin pemerintah membuatnya dengan tanpa tujuan.
Dalam pelaksanaannya memang butuh usaha ekstra.
Kesimpulanku selama berkelana dengan greenny,
mereka menambah kecepatan karena tergesa-gesa.
Mengapa tidak terpikir untuk berangkat lebih awal,
daripada ngebut dijalanan.
Bukankah hak itu membahayakan nyawa sendiri.
Bukannya mau sombong,
sejauh ini aku bersama greenny cukup tertib berkendara.
Kami tak lernah melanggar lampu lalu lintas,
maupun melanggar marka.
Surat-surat kendaraan pun selalu lengkap, selalu dibawa
dan tentu saja masih berlaku.
Tingkat kepadatan lalu lintas di Salatiga,
memang belum sepadat kota besar lainnya.
Tapi tingkat kecelakaannya sangat tinggi,
dan seringkali disebabkan karena masalah sepele.
Belum lagi,
beberapa ibu-ibu, atau mbak-mbak yang memakai rok panjang
sepanjang mata kaki.
Mereka acuh tak acuh, tak merapikan rok mereka.
Padahal rok yang tidak dirapikan,
akan melambai-lambai dan beresiko terjerat ke roda belakang.
Hei, demi keselamatan diri sendiri saja mereka seolah tak peduli.
Berlalu lintas dibutuhkan kesabaran tinggi.
karena dengan latar belakang berbeda-beda kita bertemu disatu jalur.
Waspada adalah salah satu langkah agar kita selamat,
dan dimulai dari diri sendiri.
Dari hari ke hari semakin bertambah banyak
para pengendara yang tak mematuhi peraturan lalu lintas.
Mereka egois,
berkendara seenaknya sendiri, tanpa mengindahkan orang lain.
Aku dan greenny akan tetap sama,
kami akan tetap berusaha menjadi contoh yang baik.
Karena perubahan takkan ada tanpa
dimulai perubahan dari diri kita sendiri.
Have a safety drive ya ;)
" mas yang naek motor didepan kayaknya lumayan deh."
ReplyDeletewkwkwkwkwk, multi tasking boleh aja sih, tapi lihat-lihat tempat mbak. LoL.