Friday, November 22, 2013

i ♥ bolu kukus


Foto kue bolu kukus diatas tentu diambil dari smart phone saya.
tapi bukan saya yang membuatnya,
mengenai kemampuan memasak, saya masih belajar membuat beberapa
chinese food yang simple, western food juga bisa sedikit.
Jenis masakan lebih mudah dibuat daripada jenis kue.
Contohnya saja bolu kukus atau roti kukus,
bahan untuk membuatnya tidak sulit didapatkan,
tapi harus tahu persis takaran dan lama waktu untuk membuat.
Meleset sedikit saja, rasanya iuuuhhhh banget.
Itulah resiko membuat kue.
Coba kita bandingkan dengan memasak makanan,
kalau gagal masih bisa diperbaiki, ditambah ini itu,
agar tetap bisa dimakan.
Suatu sore dirumah, perut keroncongan, bahan makanan terbatas,
dan sedang malas untuk keluar.
Jadilah saya masak nasi goreng dengan bahan seadanya,
memanfaatkan apa yang masih ada dilemari es.
Menyiapkan bahannya 15 menit,
proses mengolahnya kurang lebih 30 menit.
Tara!!!! jadilah nasi goreng untuk beberapa porsi,
ketika nasi goreng yang masih berada dikuali itu
saya aduk untuk terakhir kalinya.
Sesendok terlebih dahulu saya cicipi hanya untuk memastikan,
masakan sudah siap dihidangkan.
Wew! ternyata keasinan, dengan cekatan saya ambil
botol kecap manis yang tak jauh dari jangkauan tangan.
Tuang kecapnya, terselamatkanlah wahai engkau nasi goreng, hahahahaha.
Sedangkan membuat kue tak semudah itu.
Resikonya jauh lebih besar, dan sebaiknya memakai alat-alat
sesuai standart.
Contohnya menakar bahan-bahan kue menggunakan timbangan,
bukan asas perkiraan.
Juga memiliki oven kue modern yang dilengkapi timer.
Nenek pernah suatu kali membuat chocolate cake,
proses lancar hingga tiba untuk mematangkannya.
Waktu itu nenek masih menggunakan oven tradisional,
with no timer.
Oven itu berukuran besar, bentuknya mirip roti tawar,
berwarna perak, diatasnya ada tempat khusus untuk
meletakkan arang yang sudah dipanasi dengan api.
Mau tidak mau, kita harus cek kematangan secara manual,
tiap 45 menit membuka oven dan menerka-nerka
dari kulit luar kue.
Chocolate cake nampak sudah matang,
15 menit proses pendinginan lalu dipindah
dari loyang ke piring saji.
Tampak luar sangat menggoda, dan aromanya coklat banget.
Rasanya udah tak sabar,
menikmati chocolate cake yang masih hangat.
Dari gigitan pertama....ooohhhhhh so sad,
ternyata masih mentah :(
Ok, tinggal panaskan kembali oven dan dipanggang ulang.
Setelah dirasa matang sepenuhnya,
saya tak patah semangat untuk mencicipinya.
Kali ini bukan masih mentah tapi sebaliknya,
chocolate cake nya terlalu matang, uhm rasanya mirip kue bantat.
#crap.
Memang membuat kue dibutuhkan usaha dan alat ekstra.



When i was child,
saya cukup sering diajak ke pasar atum.
Salah satu pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di Surabaya.
Masih teringat, ada satu toko kue dipasar atum,
letaknya dibawah ekskalator pasar atum lama,
tokonya kecil dan dikenal dengan es puter durennya yang numero uno.
Orang tua saya suka menikmati es puter duren disitu,
rasanya khas, apalagi cuaca di Surabaya sangat pas
untuk menikmati minuman dingin.
Saya suka berkunjung toko kecil itu,
beraneka jajanan dijual disana, salah satunya adalah bolu kukus.
Dulu ada bentuk sepasang cewek cowok,
lalu bermacam-macam binatang seperti kelinci, kucing, anjing.
Selain bentuknya lucu, rasa bolu kukusnya juga enak.
Manisnya pas, empuknya juga, dan aromanya harum.
Semenjak itu,
kalau ke pasar atum saya selalu minta kue bolu kukus.
Begitu kurang lebih mengenai...
sejarah awal mula saya menjadi penggemar bolu kukus.



Sayang sekali sekarang saya tinggal di Jawa Tengah.
Sesekali saat mudik,
saya sempatkan ke pasar atum untuk membeli bolu kukus.
Di Jawa Tengah sendiri sangat banyak toko roti,
dengan varian harga dan rasa.
Ada yang masih home made, harganya lebih mahal
tapi soal rasa anda musti coba ;).
Saya sendiri tak terlalu suka makan roti,
tapi sesekali boleh lah.
Perburuan bolu kukus tetap berlanjut,
dari beberapa kali mencoba...
mulai dari yang harga murah, menengah hingga mahal.
Saya memutuskan bolu kukus milik Swiss bakery yang paling jos!
Harga per buah 3200 rupiah,
rasanya enak, empuknya pas, wanginya khas.
Roti kukus selalu punya tempat dihati.
Makanya saya pilih-pilih kalau membelinya.
Ada satu toko roti homemade di Salatiga,
menurut saya, toko itu rotinya paling enak untuk ukuran kota kecil ini.
Bolu kukus disana bentuknya cukup menggoda,
tapi tidak dengan rasanya.
Di lidah saya....
bolu kukus tanpa wangi yang khas itu kurang enak.
Selain dari tekstur yang empuknya pas, warna yang menarik.
Wangi khas harus ada :)
Kalau anda juga penggemar bolu kukus seperti saya,
cobalah bolu kukus Swiss house,
i love it ♥♥♥





No comments:

Post a Comment