Sunday, February 16, 2014

Bosan ketemu pegawai


Untuk judul blog kali ini saya teringat dengan program
acara di salah satu stasiun televisi swasta,
nama acaranya "bosan jadi pegawai".
Acaranya memberikan tantangan pada orang-orang yang sudah
merasa bosan menjadi pegawai, dan mencoba sebagai wiraswasta.
Dengan tantangan yang berbeda-beda, beberapa orang yang sudah dipilih
akan mencoba menekuni profesi baru,
dengan alasan sudah bosan bekerja untuk orang lain alias
jadi pegawai.
Judul diatas tentu saja sangat berkaitan erat dengan isi cerita saya,
dimulai dari...
pengalaman menjadi anak kost yang selama bertahun-tahun
mengajarkan saya banyak hal.
Mulai dari cara bersih-bersih kamar, merapikan barang yang masih dipakai
ataupun sudah nggak dipakai lagi,
dan tentu saja belajar tinggal bersama orang lain
selain keluarga.
Belajar masak juga saya lakukan, namun tidak setiap hari
karena alasan praktis saya laebih suka membeli
makan diluar.
Kalau ada teman yang mengajak untuk masak rame-rame,
ya bolahlah sekali dua kali untuk variasi.
Jadi ingat teman saya yang bernama Novi,
dia sangat rajin memasak dan menurutnya memasak sendiri jauh
lebih hemat dibandingkan dengan jajan diluar.
Novi suka mengajak saya memasak bersama, sayur sawi, sayur bayam,
goreng telur, tahu, tempe, bikin sambal uleg dan lainnya.
Sebenarnya saya suka memasak,
tapi....dengan aktivitas padat yang harus dijalani,
saya lebih suka maling a.k.a makan keliling.
Sekalipun hanya masak mie instant saja, tapi saya lebih suka
membeli di warung, praktis banget tinggal makan,
tanpa harus mencuci piring kotor dan alat masaknya.
Makan dari satu warung ke warung lainnya,
masakan jawa, menado, batak, ambon sudah pernah
saya coba.
Kalau ada uang lebih ya makan dari cafe ke cafe,
mulai dari steak, pizza, buritis, nachos, dan masih
banyak lagi.
Berkunjung ke satu tempat makan ke tempat makan lainnya
membuat saya mau tak mau berhadapan dengan karyawan bahkan pemilik
dari tempat usaha tersebut.
Dan ada beberapa hal yang saya simpulkan mengenai karyawan di Salatiga,
baik di tempat makan, di toko baju, di tempat cucian motor, laundry.
Selamat membaca ;)






★ Konsentrasi kurang.
Hhhmmm saya sering mendapati banyak karyawan maupun
karyawati sibuk sendiri dengan ponsel, atau bercanda bersama
rekan kerja mereka.
Rasanya demam chatting dan media sosial memang merata
sampai mereka yang seharusnya melayani pembeli dengan baik,
malah seenaknya sendiri.
Akibatnya, pembeli tanya apa, dijawab apa,
yang lebih parah lagi...pembeli dapat barang yang tidak sesuai
dengan pesanan.
Seringnya saya pesan seporsi makanan tanpa ayam dan telur,
tanpa seafood, namun yang saya dapat kebalikannya,
padahal pesanan yang saya mau sudah ditulis detail,
hasilnya tetap saja salah.
Sebuah supermarket di Salatiga, banyak karyawatinya duduk di
sepanjang lorong ngibrol, bercanda, serasa nongkrong di cafe.
Tidak melarang untuk ngobrol, namun lihat waktu dan kondisi,
mereka ngobrol berlebihan pada jam kerja dan
lorong jadi penuh sesak karena mereka,
akibatnya pembeli yang merasa kurang nyaman.
Yang kali ini sangat sering saya alami,
Kasir di suatu depot makan, butik, toko asesoris,
salah hitung uang kembalian.
Jadi yang mestinya uang kembalian saya cuma beberapa ribu,
malah dikasih beberapa puluh ribu,
otomatis saya terkejut lalu mengembalikannya lagi.
Ya ampun...bagaimana bila hal itu terjadi beberapa kali
dalam satu minggu, dan si kasir bertemu dengan orang yang
nggak jujur?!
Bukankah dia juga yang bertanggung jawab dengan sang majikan,
alias harus potong gaji untuk mengganti kerugian
hanya karena nggak konsentrasi dalam bekerja.
Pernah juga saya di sebuah butik,
para karyawatinya malah sibuk ngobrol sambil makan rujak buah,
emang asyik sih ngerujak bareng teman-teman, tapi juga harus diingat
bahwa mereka dibayar untuk melayani pembeli bukan
rujakan dan ngerumpi.
Ada juga yang sambil menunggu pembeli,
mereka duduk dan sibuk dengan ponsel masing-masing,
padahal mereka bisa mengerjakan berbagai hal lainnya selain
sibuk dengan ponsel.
Saya rasa masalah konsentrasi ini bukan hanya untuk para
karyawan dan karyawati, tapi untuk saya dan anda juga...
sebaiknya kita selalu berusaha konsentrasi penuh,
dalam berbagai hal yang kita lakukan.






★Tidak siap.
Yang paling sering saya alami adalah,
para pegawai maupun pemiliknya sendiri tidak siap uang kembalian.
Sabtu lalu saya dan Mr.Software Engineer makan di sebuah warung nasi goreng,
saat membayar dengan uang 50 ribu, si pemilik nggak punya kembalian
sebesar 27 ribu rupiah,
dengan terburu-buru dia pergi ke warung sebelah untuk tukar uang.
Kejadian itu untuk kesekian ratus kali mungkin,
karena sudah terlalu sering sampai saya bosan.
Nggak hanya di satu warung tapi hampir rata-rata seperti itu,
mereka sangat tidak siap dengan uang kembalian sehingga para
pembeli harus menunggu lebih lama lagi untuk menunggu
mereka tukar uang.
Masak mau jualan tapi laci atau kotak uang dibiarkan kosong,
nggak ada persediaan uang kembalian?!
Menurut saya sih, uang kembalian adalah salah satu hal penting
yang harus disiapkan agar nggak merepotkan orang lain,
baik pembeli maupun orang yang ditukari uang.
Kedengarannya memang bukan hal besar,
namun saat sedang terburu-buru dan masih harus menunggu uang kembalian,
itu sangat menguji kesabaran saya.
Mengapa tidak disiapkan terlebih dahulu, itu akan semakin melancarkan
kegiatan jual-beli, jadi si penjual juga nggak perlu repot-repot
blingsatan tukar uang.
Faktor nggak siap lainnya adalah, tidak tahu benar barang yang dijual
atau diperdagangkan,
entah persediaan barang, harga, sampai model.
Saya pernah akan membeli sebuah pernik hello kitty,
namun di barang itu belum tercantum harga, jadi saya bertanya pada
si karyawati....
15 menit kemudian saya belum mendapat jawaban,
dan saya memutuskan pulang saja.
Sering juga saya alami yang beginian,
naksir sebuah barang, tanya harga atau apakah ada
persediaan warna lain,
kebanyakan karyawati yang saya jumpai nggak tahu harus bagaimana,
tanpa melihat persediaan barang yang ada langsjng bilang
nggak ada.
Saya hanya senyum-senyum sendiri sambil bertanya dalam hati,
nggak ada atau kamu malas bongkar persediaan?!
Entah bagaimana para pemilik memberi pelatihan pada
calon karyawan atau karyawatinya sebelum
masuk ke medan kerja yang sesungguhnya,
sampai-sampai saya sering menemui ketidaksiapan mereka
dalam berbagai hal.






★ Meremehkan.
Ada beberapa contoh tentang karyawan atau karyawati baik
di tempat makan maupun di butik.
Misalnya saja di tempat makan,
saya selalu minta porsi nasi setengah saja, tapi si mbak atau mas
bilang ah satu porsi saja kan harganya sama.
Hhmm saya tak mempermasalahkan tentang harga,
namun saya tak terlalu suka makan nasi putih,
daripada terbuang sia-sia, maka dari itu saya hanya
minta porsi setengah.
Lanjut lagi..
saat berkunjung ke butik, saya membeli baju dengan model
untuk orang tua, lasti mbak nya bakalan bilang,
yang ini aja non...yang itu modelnya untuk ibu-ibu.
Saya tercengang, lho apa nggak boleh saya beli baju model
ibu-ibu?! kan saya beli belum tentu untuk saya sendiri
tapi untuk kado.
Ada lagi,
saya ingin beli underwear di sebuah supermarket,
mbak nya langsung bilang...wah mbak yang ukuran 38B lagi kosong,
otomatis saya kaget, lho lho belum tanya saya mau beli ukuran
berapa langsung sok tahu.
Alhasil, ukuran yang saya butuhkan ternyata ada...
dan si mbak pun hanya tersenyum malu ditambah
salah tingkah,
saya bilang...
"makanya mbak tanya dulu sebelum sok tahu"





Sampai-sampai ada juga karyawati di sebuah butik yang rasis,
kalau yang datang kulit putih pasti langsung disambut dengan ramah,
dilayani dengan baik,
selain kulit putih...akan dipandang sebelah mata, dianggap
nggak punya cukup uang untuk membeli sesuatu
di butik tempatnya bekerja.
Tujuan saya menulis hal-hal diatas,
adalah untuk dibaca pemilik maupun karyawan.
Siapa tahu ada dari anda yang tersesat sampai di blog ini,
bisa memperbaiki cara kerja anak buah anda.
Pengalaman saya dengan berbagai macam karyawan toko
memang cukup banyak,
demikian juga anda.
Mungkin saya lebih memperhatikan dan menuliskan
detailnya...
saya yakin anda juga mengalami hal yang kurang lebih sama
namun bisa saja anda tak terlalu memperhatikan.
Coba bayangkan kalau kita suka membeli makanan di suatu tempat,
rasanya enak, harganya bersahabat, porsinya juga banyak,
namun pelayanannya kurang bagus,
yah...bisa mengurangi minat untuk kembali berkunjung kesana.
Sebenarnya menjadi karyawan atau karyawati bukanlah hal yang mudah,
apapun kondisinya, harus berusaha sebisa mungkin
tetap melayani pembeli dengan baik.
Entah itu ada masalah dengan keluarga, dengan pacar, dengan
rekan kerja...ya tetap diusahakan harus profesional.
Sayang sekali di Salatiga, sangat sedikit yang saya lihat sangat
berkompeten sebagai seorang karyawati.
Jangan memandang rendah perkerjaan sebagai karyawan toko,
apapun pekerjaan yang dipercayakan,
hendaknya dikerjakan dengan maksimal.
Masalahnya adalah,
saya merasa para karyawan itu yang seringkalai menganggap rendah
diri sendiri...
halah cuma karyawan toko atau depot makan, untuk apa
terlalu dipikirkan harus ini harus itu.
Saya sendiri mengakui termasuk pembeli yang
sangat pilih-pilih, semuanya cocok kalau pelayanannya kurang baik,
dan tak segan-segan membatalkan transaksi.
Saya lebih terkesan pada karyawan atau karyawati yang bekerja
dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh,
pembeli puas, barangnya laku lebih banyak,
dan bagus untuk jenjang karir si karyawati itu sendiri
Menuliskan hal-hal detail diatas dari sisi customer,
bukannya saya nggak mau pengertian...
namun yang namanya bekerja pasti ada tuntutan atau
keharusan yang wajib dilakukan.
Sudah pernah saya tuliskan di blog sebelumnya,
saya adalah seorang guru les private,
meskipun saya dinilai cukup bagus sebagai guru les,
bila saya tak punya etika, pasti para wali murid juga
enggan memanggil saya kembali.
Hal diatas mungkin juga sudah diketahui oleh
para karyawan atau karyawati seantero jagad, namun
tak ada greget untuk melakukannya,
kenapa?
ya karena malas, nggak mau berusaha lebih untuk
memperbaiki cara kerja masing-masing.
Semoga ada mas karyawan, mbak karyawati yang membaca dan
terbuka pikiran juga hatinya...
diawali dari bersikap sopan, berbicara santun,
melayani satu sama lain,
bisa merubah lingkungan menjadi semakin baik.
Nggak percaya??
Yuk sama-sama kita buktikan :)

No comments:

Post a Comment