Sunday, February 2, 2014

Cerita tentang asrama

Untuk lebih memastikan,
apa sebenarnya arti kata derita...
saya sengaja baca di KBBI,
dan penderitaan adalah....
keadaan yang menyedihkan, yang harus ditanggung.
Pada masa remaja,
saya pernah mengalami penderitaan...
ketika tinggal di asrama.
Belakangan ini,
keponakan saya yang paling tua, mengutarakan keinginannya
untuk tinggal di asrama selama beberapa tahun.
Sungguh hal yang luar biasa...
bagi anak seusianya.
Tak pernah terpikirkan di benak saya untuk tinggal
di luar kota, apalagi di asrama.
Namun, orang tua sudah mengatur semuanya,
termasuk sekolah dan asrama...
diluar pengetahuan saya.
Padahal dulu tujuan saya adalah...
masuk di SMU negri favorit, dan berkumpul
kembali bersama teman-teman lama.
Yah...apa daya,
saya dengan terpaksa menuruti keinginan orang tua,
dengan iming-iming...
saya bakal bersekolah di tempat yang tepat, lingkungan sekolah
yang lebih baik, dan tentu saja bergengsi.
Tak ada bayangan, harus bagaimana tinggal terpisah
dengan orang tua untuk pertama kalinya,
dan keadaan diperparah karena saya harus
tinggal di sebuah asrama katolik.
Dengan menulis blog ini,
saya kembali mengumpulkan kepingan-kepingan
cerita suka dan duka...
selama kurang lebih 4 bulan tinggal di asrama.
Percayalah,
asrama bukan tempat pembinaan yang tepat
entah itu pembinaan fisik maupun spiritual.
Berikut kisahnya....





★ Jaman saya tinggal di asrama,
belum ada smartphone...
yang ada hanya handphone biasa tanpa dilengkapi
dengan fasilitas kamera.
Jadi, foto-foto di blog kali ini hanyalah ilustrasi saja,
saya berusaha mencomot gambar dari internet,
yang mendekati kenangan masa lalu.
Pada waktu itu peraturan di asrama juga tidak memperbolehkan
kami untuk membawa handphone,
kalau ketahuan bakalan disita oleh suster.
Ok, pertama kali sampai di asrama,
saya tercengang...
bangunannya sangat luas dan uhm...suasananya seram.
Tentu saja,
lingkungan baru terasa sangat asing dan
kesan pertama ini kurang bagus...
tapi orang tua tetap pada pendirian bahwa,
tinggal di asrama membuat saya menjadi pribadi
yang lebih baik.
We will see, pemirsa...
bagaimana asrama dan lingkungannya bisa
membawa pengaruh yang baik untuk saya.
Semua tempat tinggal,
memiliki aturan masing-masing,
baik di rumah orang tua, di kost,
apalagi di asrama...
peraturannya sampai satu halaman penuh.
Dari hari pertama, malam pertama,
saya merasa takkan bisa bertahan lama,
tapi tak ada yang tahu...
selama belum dicoba.
Fasilitas dan biaya per bulan saya rasa tidak seimbang,
biaya bulanan yang termasuk mahal,
sedangkan fasilitasnya sangat minim.
Meskipun ada beberapa teman yang sudah saya kenal,
tetap saja...
rasa tidak betah ini lebih besar menguasai saya.
Disanalah saya akan tinggal bersama teman-teman,
kakak asrama dan tentu saja para suster.
Jumlah anak yang tinggal sekitar 150 anak,
dengan 3 suster dan para pekerja a.k.a pembantu.
Asrama putri ini sangat luas,
dan dibagi-bagi menjadi beberapa ruangan.
Dan ruangan yang paling dingin adalah
ruang kerja suster kepala asrama...
setiap anak yang tidak taat peraturan bakal
dipanggil kesana. hiiiii!




★ Kira-kira seperti inilah tempat tidur saya sewaktu di asrama,
kasur berukuran kecil, bertingkat, dan
parahnya lagi kasurnya dari kapuk.
Kasur berbahan dasar kapuk adalah
racun mematikan,
setiap pagi dan malam saya bersin dan sesak nafas.
Kamar tidurnya hanya ada 3,
untuk kelas 1, 2 dan 3.
Seberapa jumlah anak kelas 1 akan dikumpulkan
jadi satu kamar,
demikian juga untuk kelas 2 dan 3.
Seingat saya, anak kelas 1 berjumlah sekitar 52
dan kami harus tidur dalam satu kamar.
Meskipun tak pernah kesepian dengan teman tidur sebanyak itu,
namun masih saja tak bisa menepis...
rasa tidak betah.
Keluhan saya sangat banyak,
antara lain nasinya keras, air minum yang rasanya aneh,
kasur kapuk dan masih banyak lainnya.
Asrama yang dulu saya tinggali
adalah bangunan tua...
baik pagi, siang maupun malam hari beberapa
dari kami sering mendengar suara aneh,
dari alam lain.
Baik tempat dan lingkungan sosial asrama,
tidak membuat saya betah berlama-lama tinggal disana.
Oh ya, peraturan asrama hanya memperbolehkan
jajan diluar hari rabu sore,
ada beberapa pedagang makanan datang ke halaman belakang,
lalu kami berbondong-bondong memilih mana yang akan dibeli.
Saya kira tak seburuk ini tinggal di asrama,
ternyata lebih parah dari yang terpikirkan.
Privasi adahal hal yang tak mungkin ditemui disini,
suster selalu rutin dan rajin memeriksa
lemari pakaian, lemari makanan, bahkan tak segan-segan
memeriksa barang pribadi seperti dompet.
Hei...bahkan uang saku dari orang tua juga dibatasi lho,
rasa tertekan saya semakin memuncak.






★ Ok, kalau foto diatas ini hasil pencarian di internet,
karena saya masih ingat betul siapa nama
suster kepala asrama.
Setiap pagi jam 4 pagi bel bangun sudah berbunyi,
mau tak mau saya bergegas bangun, mandi,
lalu doa pagi di kapel.
Hampir setiap hari saya tak pernah mandi sendirian,
hahaha!
kamar mandi di asrama bukanlah kamar mandi biasa,
satu ruang besar, di bilik kanan kamar mandi, di bilik kiri
WC,
lampunya berwarna kuning, membuat suasana semakin mencekam.
Demikian juga,
kalau tengah malam saya terbangun pingin pipis,
pasti membangunkan satu atau dua atau bahkan tiga teman sekaligus,
untuk ke kamar mandi bersama.
Saya mengaku sejak awal bahwa saya takkan ke kamar mandi sendirian!!
Setelah acara mandi bersama usai,
saya dan semua penghuni asrama pergi ke kapel
untuk doa pagi,
mata mengantuk plus kedinginan tak pernah
membuat saya berkonsentrasi penuh.
Doa pagi di kapel sampai jam 6 kurang sedikit,
dan setelah itu adalah waktu untuk sarapan.
Kalau sudah selesai sarapan,
bagi kelompok yang bertugas harus merapikan ruang makan,
mencuci piring dan gelas.
Sekitar jam setengah 7 kami para anak asrama keluar untuk
berangkat sekolah,
dihimbau untuk berjalan kaki,
tidak naik becak, dijemput teman, ataupun naik angkutan umum.
Kebiasaan suster akan mengawasi kami
sampai ke depan gerbang....
saya pernah ketahuan naik becak ke sekolah, karena lagi malas...
dan ingin cepat sampai...
alhasil sepulang sekolah saya dapat teguran, damn!



★ Sepulang sekolah,
kami harus menunggu seluruh anak datang di ruang makan,
untuk makan siang bersama.
Kalau ada yang telat sampai asrama,
kami harus rela kelaparan dulu,
sampai formasinya lengkap.
Menunya hampir sama setiap hari,
tahu, tempe dan sayur...
boleh sih bawa atau beli lauk dari luar tapi harus
bawa juga untuk seluruh penghuni asrama.
Jadi saya bisa makan layak dan enak kalau
orang tua sedang datang berkunjung.
Ada waktu untuk tidur siang,
setelah itu...mandi sore,
dan masuk ke ruang belajar.
Pengaturan ruang belajar sama seperti ruang tidur,
sesuai dengan tingkatan kelas...
waktu belajar, suster pun selalu berjaga-jaga.
Jangan sampai ada yang ketahuan baca novel,
majalah, surat cinta atau apapun selain bahan pelajaran,
karena langsung dapat teguran.
Jam belajar selesai pukul 10 malam,
pintu kamar tidur baru dibuka dan...
kami bisa masuk untuk tidur atau mau lanjut belajar.
Begitu pintu kamar dibuka,
saya bergegas menuju kesana dan tidur...
ah ngapain berlama-lama di ruang belajar,
bikin ngantuk!
Sudah diakui,
bahwa saya tak terlalu cemerlang di bidang akademis,
apalagi yang berkaitan dengan ilmu pasti...
contohnya seperti matematika, fisika, kimia.
Hingga kini pun saya tetap tidak berminat
dengan ilmu pasti.
Peraturan asrama yang mengharuskan belajar setiap malam,
berhasil membuat saya mati bosan.
Belajar diawasi, makan diawasi, doa pagi, doa malam,
berangkat sekolah,
aaarrgghh!
Ya ampun, saya menyesal masuk ke asrama ini,
tak merasakan manfaatnya,
malah hati dan pikiran merasa tertekan.
Kegiatan yang saya lakukan sangatlah monoton,
tak boleh keluar asrama kecuali hari sabtu minggu
itupun pada jam-jam tertentu.
Lama kelamaan saya punya akal bulus agar bisa keluar
untuk nongkrong dan jalan-jalan bersama teman sekolah,
saya minta ijin untuk les pada sore hari..
cukup menulis buku daftar keluar,
dan saya pun bisa pergi!
Agak ribet memang,
karena harus bohong adan mengisi daftar setiap kali
saya berhasrat untuk keluyuran.
Bukannya mau berbuat kenakalan yang negatif,
saya hanya ingin jalan-jalan, nonton bioskop dan ngobrol dengan teman
selain teman asrama.





★ Alhasil visi misi orang tua untuk saya di asrama,
tidak berjalan lancar dan bisa dibilang gagal.
Hanya dalam waktu 4 bulan atau 1 caturwulan,
saya memutuskan untuk pindah.
Apa yang saya dapatkan di dalam asrama?
senioritas yang sangat kuat,
kualitas makanan yang kurang layak,
serta dimata-matai berlebihan oleh suster pengawas.
Orang tua saya merasa aneh,
karena setiap kali menjenguk selalu diantar pulang
dengan tangisan saya yang meronta-ronta.
Belum lagi,
saya seolah-olah tak pernah makan...
jadi begitu orang tua datang menjenguk,
saya selalu minta makan yang enak-enak.
Saya makan dengan sangat lahap,
seakan-akan sudah berminggu-minggu tidak makan.
Tak ada sedikitpun rasa nyaman tinggal di asrama,
belum lagi pengalaman-pengalaman mistis
yang saya alami.
Entahlah...
menurut saya pribadi,
saya tidak betah tinggal di asrama.
Terlepas dari makanan yang tidak enak, rebusan air minum
yang rasanya aneh, harus bekerja keras sendiri
mencuci baju, menjemur kasur,
dan masih banyak lagi.
Saya tidak tahan dengan suasananya yang tidak nyaman,
uhm dingin, sepi, mencekam.
Asrama bukan tempat yang baik untuk saya bertumbuh,
sebaliknya...
tempat itu membuat saya trauma.
Namun itu semua kembali pada masing-masing pribadi,
saya merasa lebih bertumbuh di tempat lain.
Tempat yang lebih membebaskan,
mau naik apa ke sekolah, mau jam berapa orang tua menelfon,
mau pergi untuk membeli keperluan mendadak.
Bagi yang mau tinggal atau masih tinggal di asrama,
betah atau tidaknya kembali bertanya pada hati nurani,
kalau memang bisa maksimal di tempat tersebut
ya bertahanlah.
Ingat,
bahwa saya maupun anda harus punya keteguhan hati untuk
memilih sesuatu,
termasuk memilih tempat tinggal
yang juga turut menentukan masa depan.
Peraturan di asrama terlalu mengikat,
sehingga saya merasa tak bisa jadi diri sendiri,
maka dari itu...
lebih baik saya mundur teratur,
meninggalkan kehidupan asrama...
untuk masuk pada kehidupan asmara ;)



No comments:

Post a Comment