Wednesday, January 29, 2014

Stop complaining



Musim panas di dataran tinggi,
memang sangat luar biasa.
Luar biasa panasnya,
sampai saya jadi malas untuk keluar rumah.
Tidur di kasur pun terasa panas,
keringat mengucur dengan derasnya.
Kalau tidur di lantai...
pasti besoknya langsung sakit,
iihh serba salah deh!
Walaupun Salatiga terkenal dengan hawa sejuknya,
tapi nggak banget saat musim panas tiba.
Matahari bersinar terang,
sampai jam 5 sore.
Ampun panasnya, luar biasa,
bikin bete!
Sehabis mandi pagi sebelum berangkat beraktivitas,
adalah saat yang berat bagi saya...
Bagaimana tidak..
keringat terus mengucur dan saya tetap harus berjuang pula
mengoleskan beberapa jenis cream untuk wajah.
Itu adalah keharusan,
kalau nggak pakai cream, wajah saya tidak bisa terkena sinar
matahari siang,
sedangkan tetap pakai cream di saat wajah berkeringat
juga nggak enak.
Saya bingung harus gimana,
alhasil tetap saja saya pakai semua cream
dengan menggerutu setiap menit...
apa harus sih sepanas ini?!
Mandi 4 kali dalam satu hari,
saya rasa nggak cukup.
Setiap malam selalu ingin mandi,
atau berendam di bath up yang
ada potongan es batunya.
Saya susah payah menahan diri untuk nggak minum dingin,
minuman pakai es atau yang didinginkan di kulkas.
Belum lagi musim kemarau...
membuat telapak kaki saya pecah-pecah
bahkan rasanya perih.
Harus pakai lotion khusus telapak kaki,
untuk menyembuhannya.







Musim hujan juga nggak kalah merepotkannya
dengan musim kemarau.
Jelas,
jemuran baju susah kering, bisa 2 sampai 4 hari.
Apalagi celana jeans, jacket, selimut, handuk,
sulit kering dan mengeluarkan bau tak sedap.
Secara yang saya miliki adalah motor,
jadi setiap kali musim hujan
selalu kena guyuran hujan yang
membuat kesehatan menurun.
Saya bukan tipe orang yang suka pakai
jas hujan, ribet ah...
belum lagi kalau nyangkut di ban motor
malah bikin celaka.
Ditambah lagi,
saya alergi terhadap air hujan,
begitu kena air hujan pasti langsung
gatal-gatal.
Selain tubuh,
wajah saya juga alergi terhadap air hujan,
kebetulan akhir-akhir ini Salatiga masih sering hujan,
jadi wajah saya sering memerah dan gatal :(
Musim hujan bikin kebiasaan diet jadi nggak beraturan,
udara yang dingin banget gitu
bikin saya sering blingsatan nyari camilan.
Apapun jenis camilannya,
kalau musim dingin gini rasanya tetap enak.
Dan lagi,
kalau musim hujan...
lubang-lubang di jalan raya tergenang oleh air,
mesti waspada atau akan terjebak.
Jalanan becek, berlumut, licin,
bikin kepleset.











Beribu bahkan berjuta alasan yang bisa
membuat saya mengeluh.
Yang paling klasik adalah tentang cuaca,
dengan anggapan kalau saya mengeluh,
keadaan bisa berubah.
Musim kemarau sebenarnya nggak segitu buruknya,
jemuran pasti kering,
entah itu handuk, selimut, jaket,
dijemur beberapa jam saja sudah kering.
Saya suka mencuci motor saat musim kemarau,
motor bersih dan nggak terkena lumpur.
Begitu juga sebaliknya,
musim hujan itu mengeluarkan hawa dingin...
yang membuat tidur lebih nyenyak.
Diatas semua itu,
bagaimana mungkin saya bisa mengatur cuaca.
Kapan musim hujan berhenti atau mulai,
demikian juga dengan musim panas.
Kalau dipikir-pikir lagi memang konyol,
siapakah saya sampai bisa mengatur
iklim.
Mungkin anda pernah mengeluh tentang hal yang sama?
karena manusia memiliki kecenderungan untuk
mengeluh daripada berbuat sesuatu.
Bukan hanya cuaca saja,
bisa juga tentang kehidupan keluarga, orang tua, pasangan,
mertua, sepupu, anak, menantu,
bisa juga masalah pekerjaan, kuliah, sekolah, makanan, minuman.
Semua hal dari yang kecil sampai besar,
penting sampai nggak penting,
ada saja yang bisa dijadikan alasan atau sebab untuk mengeluh.
"ah parkir di supermarket ini kok nggak nyaman sih"
"huft hujan melulu, merusak kebiasaan diet"
"walah, teman kerja saya kok datang telat terus sih"
"orang tua kok sukanya ngelarang"
"mertua kok cerewet banget ya sukanya ngatur"
"ih kok si itu pakai baju merah, kan nggak cocok"
"ah pingin beli baju tapi kok nggak punya uang"
"hhmmm atasan saya kok galak banget sih"
dan masih banyak lagi contoh keluhan-keluhan
yang biasanya atau malah seringkali anda dan saya
ucapkan,
secara sadar maupun tidak.
Bisa saja mengeluh tapi tidak sadar,
karena sudah kebiasaan sehari-hari...
lama kelamaan akan menjadi gaya hidup.
Saya sendiri juga sering mengeluh,
tentang ini itu...yang sebenarnya nggak akan ada gunanya.
Mengeluh hanya akan membuat suasana semakin buruk,
suasana hati, suasana kerja, suasana dimana pun berada.
Semakin banyak hal yang dikeluhkan,
semakin membuat kadar malas bertambah besar.
Mengeluh dirasa jauh lebih mudah, lebih nyaman,
karena hanya mengeluh...melemparkan
kata-kata negatif,
tanpa melakukan apapun.
Berharap, semua keadaan, semua perilaku dan kata-kata orang lain
sesuai dengan kemauan diri sendiri.
Mana ada yang seperti itu?!
Nggak cocok, nggak suka,
nggak sependapat, nggak sepaham, nggak sepemikiran,
dan masih banyak nggak yang lain.
Hhhmmmm...







Menuliskan hal ini,
sekaligus mengajak saya untuk merenung,
dan berpikir dengan tenang.
Selama hidup,
sudah berapa ratus ribu kalimat yang saya lontarkan
untuk mengeluh.
Yang pada ujung-ujungnya takkan ada penyelesaian
dengan mengeluh,
justru sebaliknya...
masalah makin bertambah, keadaan tak berubah,
dan saya pun marah-marah.
Ada sedikit hal yang kurang pas menurut saya pribadi,
suadah berujar ini itu...
melelahkan sebenarnya, tapi masih saja dilanjutkan.
Merubah kebiasaan hidup yang seperti ini,
butuh usaha ekstra.
Menjalani hidup sehat,
bukan hanya lebih bijak memilah makanan dan minuman
apa saja yang boleh masuk ke dalam tubuh,
namun mengelola emosi juga tak kalah penting.
Sudah sering digembar-gemborkan baik di media cetak, maupun
media elektronik...
bahwa kemungkinan terbesar terserang penyakit
itu dimulai dari pikiran pribadi.
Semakin banyak hal-hal negatif yang dipikirkan,
semakin besar juga peluang terserang penyakit
entah itu diabetes, kolestrol, asam urat, darah tinggi, dan lain-lainnya.
Karena kebiasaan mengeluh yang sudah dilestarikan,
maka tak berlebihan
bila mengeluh itu juga termasuk kecanduan.
Nggak cuma kecanduan narkoba, minuman keras,
tapi juga kecanduan mengeluh.
Seperti,
kalau nggak ngopi nggak semangat,
kalau nggak mengeluh kurang enak.
Mengeluh juga bisa mengikat,
dan saya dengan mudahnya terikat.
Payah bukan?!
Terbebas dari beberapa hal seperti makanan, minuman,
memang bagus....
lebih bagus lagi jika bisa terbebas dari kebiasaan mengeluh.
Yang namanya hidup,
takkan pernah lepas dari masalah, halangan, ketidakcocokan.
Berbagi suka dan duka bersama keluarga, pesangan dan teman
itu sangat wajar,
namun bukan masalahnya yang menjadi pembahasan utama,
namun lebih kepada mencari solusi.
Toh nggak akan ada gunanya juga,
apabila masalah terus dibahas,
sudah terjadi ya bagaimana lagi selain mencari jalan tengahnya.
Sungguh tak mudah,
bukan berarti mustahil untuk dilakukan.
Selama bertahun-tahun saya menjalani gaya hidup yang sama,
bisa ditarik kesimpulan..
bahwa mengeluh takkan menyelesaikan apapun.
Tak ada kata terlambat,
saya dan anda bisa mulai dari detik ini juga...
untuk berhenti mengeluh, dan menggantinya
dengan melakukan suatu hal yang berguna.
Masih jelas dalam ingatan saya satu kalimat bijak dari
Mr.Software Engineer...
"kita hanya bisa merubah apa yang bisa kita ubah"
yaitu diri sendiri.
Orang-orang terdekat pun takkan bisa dirubah,
apalagi keadaan.
Saya rasa kita semua sepakat,
bahwa hidup ini hanya sekali, dan lebih baik diisi dengan hal yang berguna.
Saya memutuskan untuk berhenti jadi pecundang,
yang terikat dengan kebiasaan mengeluh.
Dan saya berharap tidak sendirian...
apa anda akan bersama dengan saya?

No comments:

Post a Comment