Siapa sih yang nggak tergoda makan di tempat
all you can eat restaurant?!
Bayar, lalu ambil sepuasnya, sampai kenyang saja masih terus dilanjutkan
sampai kancing celana jeans berasa sesak.
Lately, tempat makan dengan sistem ini memang makin marak,
nggak cuma restaurant,
di hotel-hotel pun kerap kali bikin event all you can eat.
Di Salatiga, beberapa hotel sudah menerapkan metode serupa,
menu yang disediakan pun beragam,
ribs, seafood, bbq, japanese food, dll.
Ditambah promo menarik lainnya,
satu orang cukup bayar 50 sampai 80 ribu rupiah,
sudah makan sepuasnya, mana menunya berdaging-daging pula.
Kalau event di hotel memang tidak semua kalangan turut hadir,
lain cerita di tempat makan prasmanan ala anak kost,
peminatnya bejibun!
Sempat beberapa kali saya ke tempat makan dengan fasilitas all you can eat,
yang paling umum adalah...
saat kita menginap di hotel pasti dapat sarapan yang bisa ambil sendiri.
Berbagai macam irisan buah, salad sayur, bubur ayam, nasi goreng
lengkap dengan lauk pauknya, dan masih banyak lagi.
Di saat itu pula,
saya sering miris mengamati pemandangan di sekitar.
Bagaimana tidak,
orang-orang berbondong-bondong mengambil makanan sebanyak mungkin,
nggak mau rugi, mumpung gratis, hajar bleh!
Nggak di hotel mewah, nggak di restoran cepat saji,
nggak di warung prasmanan ala anak kost, semua sama.
Mentang-mentang diberi kebebasan memilih menu dan porsi,
orang-orang itu lupa diri...gelap mata...
Eh malah ujung-ujungnya nggak habis,
banyak makanan yang masih sisa di piring, ditinggal begitu saja.
Yang tadinya menggebu-gebu menata sedemikian rupa,
bagaimana agar satu piring atau mangkuk muat sebanyak mungkin,
malah lemas tak berdaya.
Untuk apa seperti itu kalau pada akhirnya nggak sanggup
menghabiskan?!
kepuasan pribadi? mumpung gratis?
Kebetulan, dari kecil saya diajarkan untuk menghabiskan makanan,
bertanggung jawab dengan apa yang saya ambil.
Entah apa yang ada dipikiran orang lain,
saat membabi buta menyendok makanan.
Sebaiknya ambil dalam porsi cukup,
anda bisa menikmatinya sengan santai, tanpa sakit perut
dan membuang sisa makanan.
Sayang atuh!
Yang satu ini juga sangat sering terjadi,
di kantor, restaurant, mini market, bank, dll.
Pintu dengan dua sisi,
tarik dan dorong, tolong garis bawahi kata dan.
Dan lho ya bukan atau,
pintu yang bertuliskan tarik ya khusus untuk ditarik.
Sebaliknya pintu yang bertuliskan dorong juga khusus untuk didorong.
Mungkin banyak dari anda sudah tahu hal ini,
namun kenyataan yang saya alami sehari-hari berkata lain.
Masih banyak yang tak tahu atau tak mau tahu,
what the hell with tulisan di pintu,
yang penting mau masuk atau mau keluar.
Nah dari si pembuat pintu atau penyedia jasa,
pasti juga ada maksudnya membuat pintu tarik dan dorong.
Nggak hanya iseng, ngikutin trend yang ada,
atau biar bagus aja pintunya.
Heiiiiii there must be a reason,
dibuat pintu dengan dua sisi.
Tentu saja agar lebih teratur,
tidak berbenturan satu sama lain.
Maka dari itu diciptakan pintu dengan dua sisi,
kalau kita menggunakannya dengan benar,
kita sendiri yang dapat manfaatnya.
Entah, mungkin masih banyak yang berpikiran...
mau masuk dan keluar kok ribet amat,
yang penting pintunya kebuka deh, malas baca instruksi.
Kalau ada 10 orang aja yang kayak gini,
hhhmmm...capek deh.
Fenomena yang satu ini,
juga acap kali terjadi.
Apalagi kalau bukan terobsesi terhadap tisiu toilet,
tisiu makan yang tersedia gratis.
Miris sungguh miris,
lagi-lagi nggak pakai secukupnya namun lebih mengutamakan ideologi,
mumpung gratis!
Lha gratis kok, tarik tisiu sebanyak-banyaknya,
kalau perlu ada yang dibawa pulang juga.
Salah satu teman kost saya,
pernah melakukan hal yang sama.
Di sebuah restoran gudeg di Jogjakarta,
dia ambil tisiu makan dan tanpa tampang berdosa,
dimasukkan ke dalam tas nya.
Sesampainya di Salatiga, saya bicara baik-baik,
kalau memang yang kita gunakan sudah cukup,
untuk apa ambil sebanyak ini malah dibawa pulang segala.
Malah saya dapat jawaban ketus yang menegaskan,
kan mumpung gratis!
Saya hanya bisa tersenyum sambil garuk-garuk kepala,
dan sesegera mungkin berlalu dari hadapannya.
Nggak habis pikir rasanya,
emang mau koleksi tisiu ya sampai sebegitunya,
padahal hanya tisiu makan bukan harta karun berharga saja
kok diperdebatkan.
Itu baru tisiu,
ada teman kost saya yang hobby nyuri asbak dari cafe ke cafe,
sungguh menyedihkan.
Alasannya dia bangga, pernah berkunjung ke cafe-cafe tersebut,
dan sebagai bukti nyatanya dia membawa pulang asbak.
Sambil merenung kejadian itu kembali,
itu kan termasuk dalam pelajaran etika,
masak nggak pernah dapat di sekolah?!
Come ooonnnnnn, cuma tisiu,
ambil seperlunya saja sesuai kebutuhan kita,
lain kesempatan kalau butuh ya beli sendiri bukan
jadi perompak tisiu di tempat-tempat makan.
Hal berikutnya saudara-saudara,
yang nggak kalah bikin gemas...
adalah merokok di tempat umum.
Kalau yang begini mah hampir setiap hari saya jumpai,
di tempat makan, di perhentian lampu lalu lintas,
butik, toko, dll.
Bahkan di ruangan tertutup, ruangan ber AC mereka tetap merokok,
tanpa peduli dengan orang lain.
Yang bikin broken heart juga para ayah, bapak, papa, papi
dengan cueknya merokok di dekat anaknya yang masih kecil bahkan bayi.
Hello, are you okay?
kasihan donk orang lain yang kena imbas buruk dari asap rokok anda.
Bahkan di dalam bus ber-AC ada yang nekad merokok,
hhmm ckckckck pertanyaannya adalah,
di mana hati nurani para perokok itu?
Memang ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang rambutnya lurus,
ada yang rambutnya ikal,
demikian juga ada yang merokok, ada yang tidak.
Akhir-akhir ini sudah mulai disediakan smoking area,
special bagi anda wahai para perokok.
Tolonglah lebih bijak menempatkan diri,
di mana saja anda boleh merokok atau sebaiknya merokok.
Untuk para non smoker, mana ada sih yang suka
bermandikan kepulan asap rokok.
Tapi mungkin bagi para smoker,
bibirnya pahit kalau nggak merokok, gelisah, pusing,
bingung dan masih banyak gejala lainnya.
Merokok adalah pilihan pribadi anda,
tapi sebaiknya jangan di sembarang tempat.
Lebih baik antara smoker dan non smoker bisa
bekerja sama.
Yang merokok ya cari tempat yang sesuai dan kondusif,
bagi yang non perokok hendaknya segera menegur atau
pindah tempat sebelum anda sesak nafas.
Kalau sama-sama bisa nyaman,
kenapa tidak mulai dibiasakan dari detik ini juga.
Semoga dari kita tidak ada yang,
mengunyah makanan sambil ngobrol atau
bahkan sambil tertawa terbahak-bahak.
Menggelikan, sekaligus menjijikan,
dilihat maupun didengar.
Baru saja sabtu lalu, saya mengalaminya..
saat mengantri beli jajanan,
ada seorang pria yang langsung mencomot makanan,
mengunyah dengan keras sembari ngobrol.
Suaranya clap clap clap, agak basah perpaduan air liur dan makanan
yang dikunyah, iiiuuhhhh!
Lebih hebatnya lagi dia melakukan di depan banyak orang,
yang sedang antri juga.
Alamaaaakkkkk...apa nggak tahu,
kalau hal seperti itu nggak sopan.
Payah sungguh payah,
apa ini yang dibilang orang Indonesia memegang teguh
sopan santun...
iya memegang teguh doank..nggak melakukan ya sama aja bohong.
Foto-foto yang saya cantumkan di atas,
memang diambil dari internet,
tapi tidak dengan yang terakhir.
Foto yang kira-kira saya ambil sebulan lalu,
di warung bubur ayam dekat rumah kontrakan.
Makan dengan kaki kanan dinaikkan ke atas,
dan (maap) celanan dalam yang kelihatan.
Jelas nggak sopan,
dan kurang tahu mengapa mas ini melakukan
dengan cueknya.
Saya pikir pelajaran PPKN yang notabene ada hal tentang etika juga
itu merata didapatkan,
di semua sekolah dasar di Indonesia.
Namun sayang sekali,
tidak semua murid mencerna dengan baik
pelajaran yang diberikan.
Mana ada makan di tempat umum, dengan kaki dinaikkan,
berasa di rumah pribadi.
Memang hanya warung bubur ayam,
bukan restoran mewah,
yang saya bahas di sini bukan tempatnya, namun perilakunya.
Di mana pun anda dan saya berada,
berperilaku sopan itu penting,
dan sebenarnya sudah tertanam di hati kita masing-masing,
karena setiap manusia dianugerahi hati nurani.
Hal-hal seperti pembahasaan saya di atas,
mungkin belum pernah detail diberikan di sekolah.
Namun apakah tak pernah terpikirkan selama ini,
bahwa melakukan hal yang kurang sopan itu tidak baik,
dan menganggu orang-orang yang ada di sekitar anda.
Kembali lagi pada pilihan pribadi,
mau berperilaku seperti apa...
tapi bila suatu saat anda ditegur karena perbuatan anda sendiri ya jangan heran.
Masing-masing kita diciptakan untuk hal baik,
jadi marilah menjaga sopan-santun,
percayalah nggak ada ruginya.
Di samping itu,
mana ada sih yang mau dikatain nggak punya sopan santun,
kita semua yang masih sehat secara kejiwaan,
pasti ingin membangun citra diri yang baik.
So, tunggu apalagi...
mari kita perbaiki bersama dimulai dari diri sendiri.
No comments:
Post a Comment