Monday, January 13, 2014

Cerita tentang jalan-jalan (yang tertunda)


Yuk jalan-jalan lagi,
nggak jauh dari Salatiga ada beberapa tempat untuk
rekreasi, ini salah satunya.
Nama tempat yang kali ini saya kunjungi bersama Amanda
adalah kampoeng rawa.
Kalau naik mobil pribadi sekitar 30 menitan dari Salatiga.
Tempat makan sekaligus pemancingan,
dan ada taman bermain.
Spot untuk foto juga banyak yang bagus,
harga makanannya standart,
nggak terlalu murah, tapi juga nggak terlalu mahal.
Saya kesana pada hari minggu sore,
lumayan ramai pengunjung yang ber-rekreasi bersama
keluarga.
Tempatnya unik, karena untuk menuju ke tempat makan,
kita harus naik perahu karet yang didorong oleh petugas.
Yes, rumah makannya terapung diatas air,
konsepnya sangat bagus dan unik.
Kami berdua tak memesan menu makan besar,
hanya seporsi tahu goreng isi sayuran,
dan seporsi pisang goreng.
Duduk di tempat makan memberi sensasi tersendiri,
karena di atas air dan dekat dengan tiang peyangga
perahu karet,
maka kursi kami sering bergoyang sendiri.
Semilir angin sore itu seolah mendukung para pengunjung
untuk menikmati suasana yang ada.
Makin meriah lagi ditambah lagu-lagu dangdut koplo
yang diputar berulang-ulang.





Foto ini diambil oleh Amanda,
kami berdua sedang di kapal karet menuju tempat makan di seberang sana.
Sayang sekali, jaraknya dekat jadi naik kapalnya cuma sebentar saja,
ingin rasanya berkeliling lebih lama lagi.
Konsep rumah makan apung ini,
bisa dibilang bukan hal baru.
Beberapa rumah makan sengaja membangun tempat yang terapung,
untuk mendongkrak niat pengunjung.
Namun banyak juga yang tidak merawat dengan baik,
akibatnya banyak lumut sehingga menimbulkan
aroma amis yang menyengat.
Bukan hanya lumut pemicu bau amis,
tapi juga bau ikan mati yang tidak segera dibereskan,
semua bercampur jadi satu,
menghasilkan aroma tak sedap, dan mengurangi nafsu makan.
Juga, kalau rumah makan apung begini, pasti ada tempat untuk lesehan,
yang kebanyakan karpetnya kotor.
Memang ribet untuk menjaga kebersihan rumah makan,
apalagi yang selalu ramai dari siang sampai malam.
Nah kalau sudah begitu,
pemilik usaha seringkali lupa menjaga kebersihan.
Beberapa kali saya makan di tempat lesehan,
selalu berakhir dengan gatal-gatal di sekujur kaki.
Di kampoeng rawa, kami memilih untuk duduk di kursi
sebagai antisipasi pertama terhadap gatal-gatal.





Ini dia perahu karet yang saya maksudkan,
mirip sampan tapi ada atapnya.
Konsep ini yang baru pertama kali saya jumpai,
naik kapal dulu baru bisa sampai di tempat makannya.
Sedangkan sebelum kita masuk area tempat makan,
ada taman bermain dan banyak kios-kios kecil
menjual makanan dan oleh-oleh.
Mungkin karena saya datangnya agak kesorean,
jadi beberapa tokonya sudah tutup.
Rata-rata pengunjung sangat memanfaatkan tempat ini
untuk berfoto ria.
Bahkan kalau mau wisata gratis juga bisa,
asal nggak pesan makanan.
Ok,
untuk rasa makanannya enak.
Pisang gorengnya renyah, pisangnya manis.
Tahu isi sayurnya juga mak nyus,
sayurnya berasa gurih, tahu empuk.
Yah seperti biasa,
namanya tempat rekreasi, banyak smoker bertebaran.
Nggak mungkin juga mau menegur orang segini banyak,
bisa berabe ntar.
Sangat disayangkan,
kolam pancingnya bertebaran putung rokok,
bungkus snack dan permen, tisiu
entah sampah yang terbang kena angin atau orang sengaja
buang sembarangan.
Untuk apa ribet cari tempat sampah, udah buang plung aja
di tempat terdekat.
Menurut pengamatan kami berdua,
tempat itu masih dalam perluasan lebih lanjut,
mungkin akan ditambah beberapa wahana air dan permainan.
Ada beberapa kapal baru yang masih ditutup terpal,
dan mungkin beberapa bulan lagi baru beroperasi.




Kalau anda dari Salatiga,
cukup ikuti jalan arah ke Semarang.
Sampai terminal Bawen belok kiri,
ikuti jalan lalu ada jalur ring roda belok ke kiri,
lurus aja dan kampoeng rawa ada di kiri jalan.
Jangan khawatir tersesat,
karena di sekitar situ banyak papan petunjuknya.
Tempat yang cocok juga kalau pingin maen bareng teman,
bosan ke mall, bosan ke pantai,
bisa dicoba sesuatu yang beda.
Big thanks to Amanda yang mengajak saya ke sini dan
mengambil foto-fotonya.
Jalan-jalan nggak perlu jauh, nggak mesti keluar banyak uang kan,
yang penting...
kita melihat dan menikmati suasana baru.
Apalagi dengan orang yang anda kasihi bisa pasangan,
keluarga, sahabat, tetangga.






Kebanyakan tempat wisata yang digabung dengan rumah makan
seperti ini...
belum ada ruang khusus untuk para smoker,
saya agak miris melihat anak kecil ada di sekitaran para perokok yang
seringkali ayah mereka sendiri.
Juga kurang memperhatikan kebersihan toilet,
dan kebersihan wahana bermain.
Padahal kalau sudah dibangun begitj rupa,
tak ada salahnya untuk menarik tiket masuk,
untuk biaya perawatan tempat.
Daripada nggak bayar tiket masuk,
namun lama kelamaan tempat wisata itu jadi semakin
tidak terawat, kotor, dan lama-kelamaan sepi pengunjung.
Semoga dari anda yang nyasar sampai blog saya ini,
adalah calon pemilik tempat eisata atah restaurant.
Dan sudah terbukti,
membeli dan membangun sesuatu itu tak semudah
merawatnya untuk bertahan dan berkembang.

No comments:

Post a Comment