Wednesday, January 8, 2014

4P


Dengan membaca papan pengumuman di atas,
bisa jadi anda dan saya memilik persepsi yang berbeda.
Bagi saya pribadi,
pengumuman seperti itu sebaiknya memang di pasang di tempat tinggal
sekitar anda.
Saya bukan menjual jasa papan pengumuman dengan
beraneka macam tulisan.
Tapi lebih tepatnya saya sudah merasakan,
tinggal di perumahan yang belum di pasang papan peringatan itu.
Selama tinggal di rumah kontrakan,
hampir setiap hari selalu ada pemulung yang masuk.
Kadang pria berkacamata, sambil merokok, dan membawa karung
di tangan kanannya,
cara membawanya seperti sinterklas bawa karung berisi kado natal.
Yang wanita, pakai topi dan tidak membawa karung.
Mereka menggeledah tempat sampah dari rumah ke rumah,
berharap menemukan sesuatu.
Padahal di perumahan ini sudah ada bapak sampah yang khusus
dua hari sekali datang untuk mengambil sampah...
tapi masih aja para pemulung itu tidak menyerah.
Dua hari yang lalu,
saat saya sedang asyik menjemur cucian...
seorang pemulung wanita datang.
Belum-belum si anjing tetangga a.k.a sapi sudah heboh nggak karuan,
menggonggong tiada henti.
Jelas-jelas ada pemilik rumah, tapi pemulung tanpa permisi,
dengan cueknya langsung membuka keresek sampah.
Saya bertanya,
mau ambil apa ya bu?
dia jawab, mau ambil sampah....
dengan wajah tanpa ekspresi.
Kalau dipikir lagi emang kasihan,
harus cari nafkah dengan mengais sampah.
Mana jalan kaki pula, nggak panas, nggak hujan,
belum lagi kalau dapat bonus di gigit anjing.
Tapi kehadiran mereka cukup menganggu,
karena setelah menggeledah sampah, mereka tak merapikannya lagi.
Alhasil yang semestinya sampah abis dipungut,
harusnya lebih rapi, ini malah jadi lebih berantakan.
Kurang ada pengaturan untuk para pemulung di Salatiga,
lebih baik bila mereka diberi pengarahan terlebih dahulu.
Seperti, merapikan kembali sampah yang digeledah, lalu menjaga
sopan santun juga.
Atau mungkin pemulung yang selama ini beredar adalah pemulung liar,
yang memang kerja perseorangan bberkeliling mengais sampah?!
Dengan melihat cara kerjanya,
bukan kasihan tapi malah berpikiran untuk memindah tempat sampah,
agar mereka para pemulung tidak bisa menjangkaunya lagi.
huuuufftt...





Entah bagaimana dengan kota lain,
kalau di Salatiga tukang parkir termasuk most wanted job!
Buktinya, hampir di semua tempat ada tukang oarkir yang stand by,
tempat makan, bank, pertokoan, kampus, sekolah, tempat hiburan,
salon, dll.
Mulai dari bapak-bapak, sampai ibu-ibu pun ada,
untuk anda yang belum pernah lihat wanita jadi tukang parkir?
yuk datang ke Salatiga, nanti akan saya tunjukkan.
Sampai anak remaja yang memilih menekuni profesi ini pun
juga banyak.
Jadi tukang parkir looks and sounds promising ya.
Ternyata eh ternyata kebanyakan dari mereka,
suka nganggur tapi dapat uang.
Jarang banget ada tukang parkir yang saya lihat niat kerja,
yang ada mereka...
1.Merokok sambil ngobrol
2.Duduk santai, kalau motor atau mobil mau pergi baru mereka lari
3.Sms an atau bbm an atau telfonan
4.Bercanda dengan tukang parkir lain atau tukang becak
5.Tidak membantu memposisikan kendaraan, malah bergegas lari setelah dapat uang.
6.Tukang parkir palsu, karena nggak bawa karcis resmi dari pemerintah.
7.Ke laut aje!
Memang tidak semua,
saya dan Mr.Software Engineer punya beberapa tukang parkir favorit.
Kerja keras, selalu membantu memposisikan dan mengeluarkan kendaraan,
dan tidak pernah pergi jauh ataupun terlihat duduk-duduk santai.
Tidak ada yang keberatan dengan kehadiran tukang parkir,
asal cara kerja mereka juga profesional.
Kalau yang dilakukan hanya kongkow namun dapat uang,
jangankan tukang parkir, saya juga mau deh!
Seringkali kalau tidak sungguh-sungguh bekerja,
saya tak memberi uang pada mereka.
I don't give a shit mau dimaki, dimarahi,
dia aja nggak nungguin kendaraan, nah untuk apa dibayar....
Mau jadi preman atau tukang parkir nih....






Mata pencaharian yang juga most wanted lainnya adalah jadi pengemis,
dan para pengemis itu adalah aktor dan aktris yang...
aktingnya bisa diperhitungkan.
Mungkin masih segar dalam ingatan kita,
pengemis di Jakarta yang ditangkap pihak berwajib,
dan ternyata berpenghasilan sampai
puluhan juta per bulan.
Aksi yang mereka lancarkan bermacam-macam,
semakin tragis semakin bisa mendapatkan banyak uang.
Duduk di kursi roda, pura-pura berdarah, anak-anak kecil bahkan bayi
dibawa turun ke jalanan untuk mempermainkan emosi kita.
Sejak saat itu semakin marak himbauan,
untuk tidak memberi uang pada pengemis.
Kerjanya cuma duduk,
atau mondar-mandir, berpakaian lusuh,
plus tampang memelas.
Tidak heran mereka sengaja berpakaian compang-camping, satu tangan dimasukkan baju atau jaket agar nampak cacat,
dan masih banyak ide briliant mereka.
supaya si calon pemberi semakin iba...
heiiii but not me.
Saya sudah mati rasa dengan yang beginian.




Pengamen a.k.a musisi jalanan,
juga bertaburan di mana-mana.
Di Salatiga, saya tidak mau makan di tempat-tempat tertentu
karena terlalu banyak pengamennya,
baru makan sesuap, jreng...jreng...jreng...
suapan kedua juga begitu dan selanjutnya.
Pengamen ini juga menganggu lingkungan sekitar,
apalagi kalau sampai ada yang memaki dan memaksa minta uang.
Pengamen di Salatiga sendiri sangat banyak,
ada yang single alias keliling sendirian, ada yang on group.
Masalah usia tentu saja dari anak kecil, sampai orang tua ada,
alat musik yang dibawa pun juga bervariasi, mulai dari yang
paling umum adalah gitar, harmonika, pianika hingga
alat musik alami alias tepuk tangan sambil nyanyi.
Kerap kali saya terganggu dengan keberadaan mereka,
baik di rumah mauoun di luar rumah.
Memang ada beberapa pengamen yang suaranya enak didengar,
penampilan bersih, nggak bau rokok, nggak bau minuman keras.
Kalau yang seperti itu pun,
saya tidak segan untuk memberi lebih.
Ada yang lucu juga,
nyanyi dengan bahasa sendiri cuma ngedumel aja,
dan petik gitarnya juga ngawur.
Kalau anak-anak punk,
mereka memang semangat nyanyi.
Kebanyakan dari mereka menyanyikan lagu ciptaan kalangan sendiri,
lagu bertemakan jenjang status sosial, kecewa terhadap sistem
pemerintahan, kecewa terhadap sikap orang tua, dan sejenisnya.
Anak punk tampil beda dengan rambut warna ngejreng, plus bau minuman keras dan aroma alami tubuh yang tidak mandi berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun.
Kalau pun saya memberi uang, pasti akan mereka gunakan untuk
membeli minuman keras, rokok, cat rambut.
Saya sendiri risih, kalau mereka datang,
tepatnya nggak tahan bau dari tubuh mereka.
Begitulah kurang lebih profile para pengamen di Salatiga,
terlepas dari himpitan yang mereka alami masing-masing.




Cukup sudah,
untuk semua omong kosong ini.
Sejak pertengahan 2013 lalu,
saya berkomitmen untuk tidak lagi memberi uang pada pengemis.
Pada pengamen masih sesekali saya beri,
agar saya bisa melanjutkan makan dengan tenang
tanpa suara berisik dan kepulan asap rokok.
Namun saya benar-benar tutup mata dan hati
pada pengemis.
Meskipun mungkin sebenarnya dia memang benar-benar butuh,
saya akan memberi yang lain, bukan berupa uang.
Beberapa kali pemerintah bersikap tegas pada masalah seperti ini,
eh muncul lagi...muncul lagi...
Rasanya nggak ada matinya untuk 4P ini...
Pemulung, tukang Parkir, Pengemis, Pengamen.
Entah apa yang dipikirkan orang yang melakoninya,
saya tidak bermaksud mau menghakimi.
Kalau mau dapat uang ya kerja,
kerja dengan sungguh-sungguh.
Bekerja itu bukan hanya sebutan, atau nama sebuah profesi,
bekerja itu berkarya.
Siapa yang mau membayar orang nganggur,
tanpa kerja hanya ongkang-ongkang tapi minta dibayar.
Silahkan saja, kalau saya dinilai jahat, judes,
nggak punya belas kasihan.
Saya juga nggak mau dipermainkan atas nama
belas kasihan.
Sekedar menyarankan saja,
lebih baik anda pikir ulang kalau mau membantu.
Di sekitar kita, banyak sekali yang bisa diberi bantuan,
baik berupa uang maupun yang lain.
Dengan memberi pengamen, pengemis..
kita akan turut memperbanyak pemalas berkembang pesat
di negara ini.
Juga sebaiknya,
jangan terlalu menyalahkan pihak pemerintah.
Namun mari instropeksi diri sendiri terlebih dahulu,
bahu membahu agar masalah pengemis dan pengamen
yang sudah membludak ini bisa diatasi.
Saling menyalahkan juga nggak ada gunanya,
masalah juga nggak akan selesai.
Anda dan saya hanya perlu memilah lebih bijak,
manakah yang memang membutuhkan bantuan.
Bukannya saya larang untuk menolong sesama,
uhm...sama sekali tidak...
menolong sesama dengan hati ikhlas adalah tindakan yang mulia.
Tergantung pada orang itu memang benar butuh bantuan,
kalau seperti pengemis dan pengamen yang beredar,
hanya akan menambah populasi pengangguran dan pemalas.
Ngapain susah payah sekolah, cari kerja sana sini,
jasi pengemis aja penghasilannya
puluhan juta per bulan kok.
Semoga anda bisa sepaham dan satu suara dengan saya,
dan menjadikan negara ini kebih baik lagi.
Berbuat sesuatu yang berarti untuk negara,
nggak harus dimulai dengan sesuatu yang besar dan menghebohkan.
Turut serta memutuskan rantai pemalas dan pemungut liar,
akan sangat berarti bagi bangsa kita tercinta Indonesia :)




No comments:

Post a Comment