Thursday, December 26, 2013

Ibadah natal 2013 ( versi saya )


Seperti yang kita ketahui bersama,
natal adalah hari raya umat kristiani.
Saya ingat, waktu SD dari tahun ke tahun
ada soal ujian agama yang seperti ini...
"hari raya umat kristiani adalah..."
"hari raya umat muslim adalah...."
"hari raya umat budha adalah...."
dan soal serupa lainnya.
Entah yang bikin soal lupa kalau yang kayak begituan
sudah berkali-kali diujikan,
atau memang kurang kreatif.
Ok, back to the topic about natal,
ya seperti umat kresten lainnya, saya pergi ke gereja.
Natal tahun ini special,
karena nggak mudik dan nggak lihat pohon natal
yang segede gaban di rumah.
Mudik atau nggak,
natal bakalan tetap ada.
Saya bersama Mr.Software Engineer,
memutuskan ke gereja pada malam natal.
Tepatnya tanggal 24 desember 2013,
kebaktian jam 5 sore.
Dan beginilah kurang lebih suasana di gereja,
sesaat sebelum ibadah dimulai.




Maunya ibadah natal yang setahun sekali ini,
berjalan khidmat dan hati saya fokus seratus persen.
Sirna sudah harapan tersebut,
dikarenakan oleh beberapa hal...
yang akan saya uraikan di bawah ini:


1. Jarak tempat duduk yang nggak masuk akal!
Biasanya natal mudik, kali ini natal ikut ibadah di Salatiga.
Kalau hari-hari biasa,
jarak barisan tempat duduk satu dengan yang lainnya cukup luas.
Jadi kita yang ibadah juga nyaman,
nggak buru-buru pingin pulang.
Tapi ibadah natal kemarin benar-benar keterlaluan,
jarak tempat duduk sengaja dipersempit oleh panitia.
Mau duduk, berdiri, taruh tas susah minta ampun.
Nggak nyaman deh pokoknya.
Kalau memang jemaat yang datang bakalan lebih banyak,
bukan jarak kursinya yang dilersempit,
tapi kursinya yang ditambah.
Ditata dengan apik, agar kursi tambahan nggak menganggu
jalannya ibadah dan kenyamanan jemaat dalam mejalankan ibadah.
Bukannya khusuk malah bikin kasak kusuk nih!



2. Shit happen!
Terjadi saat kami menyanyikan lagu kedua,
ada yang kentut, shit! bau banget!
Telur busuk, ayam busuk,
pokoknya busuk deh.
Segera aku lirik Mr.Software Engineer yang duduk
persis di sebelah, ternyata kami mengalami penderitaan yang sama.
Bau kentut!
Ditambah range tempat duduk yang makin sempit dan berhimpitan
satu sama lain.
Alamak, mana mungkin bisa konsen kalau kayak gini.
Bau kentut busuk itu cukup menganggu..
Wahai engkau yang mengeluarkan gas sembarangan
dan tidak bertanggung jawab,
terima kasih sudah membuat aku nggak konsen.
Entah orang yang kentut mengalami masalah dengan buang air besar,
atau dia mengkonsumsi makanan dengan rasa atau bau yang menyengat.
Sehingga menghasilkan pembuangan gas yang aromanya bikin mual.




3. Masalah berikutnya adalah,
para orang tua yang membawa satu, dua, tiga atau bahkan lebih anak-anaknya.
Sama sekali nggak ada larangan untuk itu.
Malah aku iri, karena yang lain bisa beribadah natal bareng keluarga,
sedangkan aku hanya berdua saja.
Tapi sungguh anak-anak itu menganggu!
Merengek minta makanan, minta mainan, minta keluar,
minta pulang atau bertengkar dengan saudaranya.
Sekali lagi karena range kursi yang dipersempit itu
sangat memperburuk keadaan.
Anak-anak itu mondar-mandir dan berlari-lari disekitar
jarak kursi satu dengan yang lain.
Masak aku harus ngumpat di gereja, di hari natal pula,
berdosa banget ya.
Hahaha!
Namun dengan keadaan ibadah yang kayak taman bermain gini,
aku nggak tahan untuk diam saja.
Bagaimana jemaat bisa menikmati nyanyian bahkan khotbah.
Para orang tua pun ikut marah, mengomel
dan akhirnya membiarkan karena anak-anak mereka tetap bandel.
Omelan dan amarah itu terdengar sangat jelas,
karena jarak kursi yang sangat dekat.
So pasti hal ini juga sangat menganggu kenyamanan
dalam beribadah.
Mungkin akan lebih baik kalau ada tempat bermain khusus bagi
anak-anak sambil menunggui orang tuanya beribadah.
Ada wadah khusus gitu, jadi kenyamanan beribadah bisa
dirasakan oleh semua pihak.




4. Air Conditioner yang disetting tidak terlalu dingin,
atau karena jarak kursi yang terlalu dekat.
hhuuffttt...entahlah
Tapi suhu udara di dalam berasa panas,
dan aku nggak tawar dengan udara panas.
Gatal, resah gelisah dan tentu saja nggak bisa konsen.
Aku nggak semangat nyanyi,
formalitas saja bibir terbuka tertutup
kayak ikan hias didalam aquarium.
Percuma deh aku dandan,
kalau cuma mau keringetan didalam gereja yang AC nya segede gaban.
Plus aku pakai cardigan warna hitam,
lengkap sudah penderitaanku.
Ya ampun,
ibadah natal malah mengeluh melulu.
Payah, tahu gini aku nggak mau ikut ibadah natal,
kalau sepanjang ibadah hanya mengeluh dan mengumpat.



Kurang lebih sudah hampir 10 tahun aku bergereja di sana,
dan baru kemaren ikut ibadah natal.
Kayak gitu to ternyata...ckckck
Berasa barisan ikan asin yang dijual di pasar,
berdempetan satu sama lain.
Padahal, khotbah natal kali ini juga not too bad.
Sayang, situasi dan kondisi
yang kurang bersahabat.
Seharusnya memang ada panitia natal yang bertanggung jawab
atas ini semua.
Mulai dari penataan kursi samapi konsumsi,
semua sudah dibagi-bagi saat pembentukan panitia.
Siapa sih yang nggak suka punya banyak jemaat,
tapi siapa sih yang suka berdesak-desakan?
Jangan hanya, kuantitas jemaat atau banyaknya jumlah
persembahan natal yang diutamakan.
Kenyamanan jemaat dalam beribadah juga sebaiknya
mulai dipikirkan.
Ukuran nyaman disini memang berbeda-beda,
dengan kondisi masing-masing pribadi.
Namun apabila para panitia mau lebih lagi untuk
think out of the box...
pasti gereja bisa memuat lebih banyak jemaat tanpa
mengurangi kenyamanan dalam beribadah.
Semua ada jalan keluarnya kan?
Apalagi kalau sudah dibentuk panitia kan
nggak kerja sendiri, tapi work on team,
bisa minta saran dan bantuan.
Bukankah itu kegunaan team work?



Mungkin aku satu dari sekian ribu jemaat
yang membahas hal ini.
Yang lain mungkin tetap bisa berkonsentrasi penuh,
dengan keadaan seperti yang diatas.
Atau yang lain tak berani bicara, tak ada kesempatan,
atau tak ada wadahnya:)
Aku sendiri adalah bagian di salah satu unit yang dimiliki
oleh gereja, aku bekerja di unit radio.
Bukan maksudku juga untuk membeberkan
kekurangan dari sebuah organisasi gereja.
Justru dengan kekurangan, dengan pembelajaran
tiap tahun kita bisa banyak belajar (bagi yang mau).
Saat pertama kali aku terjun di dunia kepenyiaraan,
hampir setiap minggu aku dapat masukan ini itu.
Suaranya cemprenglah, kayak anak kecil lah,
lalu tarik nafasnya kedengeran banget lah, sususan mutar iklan
dan jingle nggak teratur lah, dan masih banyak lagi.
Dari situ aku banyak belajar,
dan merubah style siaranku, untuk kepentingan bersama.
Tak terasa sudah 2 tahun aku menjadi penyiar,
dan memang akhir-akhir ini sudah tak pernah ada masukan.
Namun bukan berarti aku berhenti membenahi diri.
Aku cukup sering merenung.
apa saja yang bisa ku perbaiki, ku tambah dengan hal baik,
aku kurangi atau bahkan aku hilangkan hal yang buruk.
Itu hanya skala radio komunitas kecil,
bukan skala gereja besar dengan jemaat yang berjumlah ribuan.
Sayang banget donk, bangunan gerejanya bagus, dekor natalnya oke punya,
pemain tamborinnya cantik-cantik, worship leadernya bersuara emas
tapi jemaat nggak dapat kenyamanan dalam beribadah.
Kalau jemaat nyaman, aku yakin mereka juga turut
mempromosikan, ayo ke gerejaku aja...hahaha!
Kalau gitu, aku juga turut menyarankan
pada anda yang mungkin tersesat sampai di blog ini,
ayo ke gerejaku tapi jangan pas natal, LOL!



Terus bagaimana?
Kalau cuma kasih kritik panjang lebar gini kan nggak menyelesaikan masalah.
Oh no, aku akan follow up hal ini,
dengan mengirimkan surat lalu ditaruh dikotak khusus kritik dan saran
untuk gereja.
Cukup fair kan?
Karena aku nggak mungkin diam saja,
atau mempengaruhi yang lain untuk demo natal, haha!
Mengirim surat adalah cara yang paling rasional,
dan paling bijak yang bisa ku lakukan.
Yang lain, yang merasakan hal sama tapi masih diam saja,
mungkin setelah membaca blog ini anda berubah pikiran?
Aku cukup percaya diri untuk mengirim surat berisi saran,
entah nantinya bakal ditindak lanjuti atau dibiarkan.
Yang penting, pihak berwenang sudah membaca dan syukur
kalau bisa menjadi bahan pertimbangan.
Ibadah bukan tentang kenyamanan materi seperti,
bangunan gereja megah, sounds system mahal, lalu
layarnya juga home theater,
percuma kalau mengelolanya nggak mikirin kepentingan banyak orang.
Saat Yesus mengajarkan doa bapa kami di bukit,
pasti nggak ada kursi dan nggak ada AC ataupun dishooting,
tapi mereka bisa duduk dimana saja, sambil mendengar Yesus berkhotbah
dan berdoa.
Oh indahnya....
Intinya, duduk berhimpitan dengan AC yang suhunya dikurangi
di malam natal itu nggak enak.




Foto diatas diambil oleh Mr.Software Engineer,
karena aku yang request.
Daripada bete, mending foto-foto deh hahaha!
Suasana jadi makin hot,
karena jemaat diajak menyalakan lilin bersama.
So sweet sih tapi sumuknya bukan main,
jarak tempat duduk yang terlalu dekat, AC yang nggak dingin,
anak kecik yang berisik!
Ini dikasih lilin untuk candle light christmas atau disuru bakar
orang, hahaha!
Aku berharap, ada salah satu panitian natal yang mampir ke blog ini,
silahkan tercengang, yang penting bisa belajar dari kekeliruan.

















No comments:

Post a Comment