Thursday, December 5, 2013
Perbedaan itu pasti ada kawan
Foto diatas diambil pada hari rabu, 4 desember 2013,
di kedai kopi prijaji.
Ah kedai, cafe, restaurant yang menyediakan
minuman kopi memang selalu menarik perhatian.
Kenapa?
Ya jawabannya so simple,
karena saya memang suka minum kopi.
Di kedai kopi prijaji,
tak hanya menyediakan kopi namun ada teh, dan
aneka macam milkshake.
Sahabat saya a.k.a Randy,
tak bisa minum kopi.
Dia memiliki gangguan pencernaan
yang cukup serius bila minum kopi.
Tapi kami berdua enjoy saja,
duduk di kedai kopi, semeja
dan bercerita.
Saya tentu saja memesan segelas kopi hitam,
Randy lebih memilih milkshake strawberry.
Kesukaan orang itu memang sangat beragam.
Ingatan saya jalan-jalan,
sewaktu duduk di bangku sekolah dasar dulu.
Ada sebuah buku khusus yang dibeli
namanya diary,
gunanya untuk diedarkan dan diisi oleh teman-teman.
Diary itu jauh lebih bagus dan menarik dari
buku pelajaran biasa.
Yang biasanya akan dipenuhi oleh
biodata, seperti nama, tempat tanggal lahir,
hobi, makanan atau minuman kesukaan.
Secara bergantian diary itu akan berpindah tangan,
dan dibutuhkan waktu berminggu-minggu
agar diary itu teridi penuh.
Beberapa tahun lalu,
saya pernah iseng membongkar laci buku,
dan diary milik saya masih ada.
Betapa bahagianya.
Kenangan jaman sekolah dasar dulu,
masih tersimpan dalam bentuk tulisan.
Saya sempatkan membuka dan membaca kembali isinya,
makanan dan minuman favorit teman-teman
lalu cita-cita yang didominasi oleh dokter.
hahahahahahaha!
Kesukaan memang berbeda-beda,
bahkan dengan orang tua sekalipun.
Beberapa minggu lalu,
salah seorang teman dari luar kota datang berkunjung.
Kami pergi ke kedai kopi bersama,
ngobrol santai....
Dari pembicaraan tersebut,
dia mencibir saya.
Kalau memang suka kopi kenapa
hanya setengah-setengah dan tidak mendalaminya.
Oh, saya tertegun sejenak.
Saya hanya ingin menikmatinya,
tanpa mempelajari lebih dalam.
Kenapa?
Ya karena seperti itulah pilihan saya.
Hei, setiap kita punya hak untuk
memilih bukan.
Satu hal lagi,
yang membuat saya yakin bahwa
there is something wrong about him.
Kami sama-sama suka baca buku,
tentu saja genrenya beda.
Saya penggemar tulisan Ayu utami dan
Dewi lestari.
Sedangkan menurutnya itu kurang keren
karena saya membaca buku berbahasa Indonesia.
hah?
#sh*t
Dengan nada yang sangat sombong,
dia menyuruhku membaca buku berbahasa Inggris.
Dasar katak didalam tempurung.
Yang dia tahu hanya sebatas tempurungnya saja.
Sekalipun saya juga membaca buku
berbahasa Inggris itu karena pilihan saya,
bukan atas dasar disuruh atau bahkan diintimidasi orang lain.
Ayah saya sangat menggilai dunia otomotif,
mobilnya bagus dan selalu bersih.
Terakhir kali saya pulang ke rumah.
Beliau minta dibantu transfer ke rekening
pemilik bengkel.
Transaksi itu 38 juta rupiah.
Dan saya tahu past ini bukan yang pertama atau terakhir.
Kenapa seperti itu?
Karena ayah saya memang suka utak-atik mobil.
Tak jadi masalah bukan,
toh yang dipakai adalah uang pribadinya.
Untukku uang 38 juta cukup besar,
tapi aku menghargai apa yang disukai oleh
ayah saya.
Apapun yang disukai orang lain,
saya tak berhak mengaturnya.
Mr.software engineer,
sangat suka utak-atik gadgetnya.
Entah diinstall program baru,
atau apapun itu.
Saya tak paham sama sekali mengapa dia
sangat menyukai hal itu.
Namun sebaliknya,
saya sangat suka mengoleksi barang-barang yang
berwarna pink.
Dia tak pernah protes,
malah sering membelikan item warna pink
untuk saya.
Begitu banyak perbedaan yang ada,
sesama penyuka kopi saja belum tentu
memiliki selera yang sama.
Sesama penyuka film,
juga pasti banyak perbedaan.
Kalau menganggap,
bahwa selera sendiri yang paling keren,
yang lain tidak.
Wah, mati sudah.
Membaca berpuluh atau bahkan beratus buku
berbahasa Inggris,
bukan jaminan seratus persen seseorang
bisa disebut pandai atau tidak.
Ukuran pandai,
itu juga sangat luas.
Menurut saya,
pandai itu bisa menjelaskan
sesuatu yang rumit menjadi sederhana.
Dan yang pasti berguna untuk orang lain.
Selamat menikmati perbedaan kawan ;)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment