Kalau anda tinggal di sekitar joglo semar,
Jogja, Solo, Semarang.
Mencoba pergi ke tempat ini,
bisa menjadi salah satu alternatif.
Letaknya di jalan slamet riyadi Solo,
tidak sulit untuk menemukan di mana persisnya.
Kalaupun tersesat,
bisa bertanya pada pak becak atau penduduk sekitar.
Saya bersama Amanda,
dari Salatiga.
Tinggal melewati jalan lurus,
kondisi jalannya pun bagus.
Dari Boyolali, Kertosuro,
masuk kerten, dan lurus terus
ikuti jalan.
Sepanjang jalan itu adalah jalan slamet riyadi,
salah satu jalan yang terkenal di Solo.
Awalnya, kami berdua tak ada rencana
untuk mengunjungi museum batik.
Tujuan mula-mula adalah
pergi ke mall, watching movie and having lunch :)
Tiba-tiba Amanda mengusulkan untuk
mengunjungi museum batik tersebut.
For me, pergi ke museum kali ini
adalah yang pertama dalam hidup.
Dari kecil, tak pernah tertarik
berkunjung ke museum.
Terdengar membosankan, monoton,
dan a lil bit spooky.
Rasa-rasanya pergi ke museum,
belum pernah terpikirkan olehku sebelumnya.
Even ke monas a.k.a monumen nasional.
Memang segala sesuatu dalam hidup,
harus ada yang pertama.
And here it is...
pengalaman pertama saya ke museum.
Kalau dari arah Salatiga ke Solo,
letak museum ini ada di kanan jalan.
Dari luar tak terlalu nampak seperti museum,
malah nampak seperti rumah mewah.
Dilengkapi oleh lampu-lampu kristal bergelantungan.
Dengan halaman luas,
di tengahnya ada kolam dan patung anak laki-laki telanjang.
Bangunan di tengah, mirip ruang pertemuan,
luas, mewah, dan sangat rapi.
Saya yakin harga perabot yang ada di dalamnya
sangat fantastis.
Namun,
kami sempat sedikit tersesat,
saya kira ruang pertemuan yang megah itu
jalan masuk menuju museum batik.
Ternyata, jalan masuknya melewati toko batik
dan harus membeli tiket masuk museum
yang tersedia di kasirnya.
Tiket masuk untuk per orang, cukup murah,
it's only twenty five thousand rupiahs.
Mari kita masuk ke museumnya ;)
Pintu masuk ke museum,
seperti pintu rumah biasa.
Kami berdua disambut oleh tiga orang pria
berseragam batik warna merah.
Ada satu pemandu yang akan menemani
berkeliling museum.
Sesuai namanya museum batik,
bisa dipastikan yang ada di dalam juga all about batik.
Bukan sembarang batik,
tapi batik dari beberapa daerah seperti
Pekalongan, Lasem, Tuban, dan dari Solo tentunya.
Lembaran kain batik itu ditata apik,
disandarkan sesuai lokasi, dan tahun pembuatan.
Mulai dari jaman kerajaan, jaman penjajahan Belanda,
juga sampa era nya pak Soekarno.
Ada juga batik warna merah yang dipajang,
dan diatas itu dipasang foto sang empunya,
yaitu istri dari pak Soekarno.
Beberapa koleksi pribadi dari pemilik museum
juga turut dipajang.
Tiba saatnya, kami diajak berkeliling
untuk mengetahui proses pembuatan batik.
Dari kain-kain putih polos yang sudah dipilih,
digambar menggunakan pensil.
Lalu diblok menggunakan lilin,
kemudian melewati beberapa proses
pelorotan dan pencelupan.
Tergantung dari motif dan warna
yang ingin dihasilkan.
Berasa kembali ke masa-masa SMU,
which is membatik masuk dalam pelajaran wajib.
Jadi saya sangat mengenal proses pembuatan batik.
Dan, didalam museum itu,
juga dipamerkan beberapa bahan pembuat batik.
Lilin dan berbagai macam zat warna.
Percayalah,
tempat ini bisa dijadikan alternatif untuk dikunjungi.
Bagi penggemar batik atau bahkan kolektor batik,
pasti harus menyempatkan datang kesini.
Bagi yang tak terlalu minat dengan batik,
uhm...coba kunjungi tempat ini,
siapa tahu anda berubah pikiran ;)
Sayang sekali,
mas yang menjadi tour guide kami,
kurang bersemangat.
Beberapa kali, dia sibuk sendiri
dengan blackberry nya.
Bahkan ada saat, dimana kami bertanya
dan sama sekali tak ada respon.
Sepertinya blackberry lebih menyita perhatiannya,
dibandingkan melaksanakan sesuatu
yang memang sudah menjadi kewajibannya.
Bukankah dia digaji untuk
melakukan itu?!
Perjalanan keliling museum berakhir,
dan pintu keluar langsung menuju toko batik.
Yang lebih dikenal dengan
house of danar hadi.
Toko yang menjual aneka macam produk
dari batik.
Tidak hanya baju,
tapi juga ada scraf, hand bag, dompet handphone,
tempat tisiu, kain meteran.
Harganya juga bervariasi.
Sekitar 200 ribu sampai 3 jutaan.
Tokonya luas, barang-barangnya tertata sedemikian rapi,
karyawan toko mengenakan kebaya sederhana.
Aroma ditoko itu harum,
tak ada bau apek khas kain baru.
Tersedia juga buku tentang batik,
judulnya "glory of batik" yang dibandrol
sejuta rupiah.
Saat saya disana, keadaan toko relatif sepi,
mungkin karena hari biasa.
Bahkan dengan mata kepala sendiri,
saya melihat salah satu mas cleaning service sedang
asyik main handphone.
Demikian juga salah satu karyawan toko,
mbak cantik, berkebaya putih, rambutnya diwarnai,
nampak bersembungi dibalik patung,
supaya leluasa bersms ria.
Oh my gosh....
For me,
ini pengalaman yang luar biasa.
Pertama kali mengunjungi museum batik.
Pengetahuan tentang batik,
juga semakin bertambah.
Dan semakin menyadari,
betapa negara kita sangat kaya akan kebudayaan.
Tak bisa dipungkiri, banyak fakta kurang baik tentang Indonesia.
Namun, saya tahu pasti,
masih ada banyak fakta baik.
Salah satunya adalah batik,
yang bahkan sudah diakui oleh dunia international.
Thanks to Amanda yang sudah bersama-sama
berpetualang,
dan menghapus anggapan pribadi saya,
bahwa mengunjungi museum itu nggak asyik.
Cukup sekian untuk museum batik,
tapi saya akan melanjutkan
ke museum-museum lainnya.
Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan.
Anda berminat?
silahkan dicoba :)
Selamat berpetualang!
No comments:
Post a Comment